Kemudian, proses pembusukan berhenti sebagai akibat dari mumifikasi wanita itu dengan natron, natrium karbonat, yang mengeringkan tubuhnya, termasuk janin yang berada dalam kandungan wanita itu.
“Janin menjadi mumi di dalam mumi. Ini adalah pertama kalinya kami memiliki dua jenis mumifikasi yang berbeda dalam satu tubuh,” kata Ozarek-Szilke, melansir historicaleve..
Jadi, lingkungan asam menyebabkan pencucian (pelarutan) mineral dalam tulang janin, yang selama proses mumifikasi wanita mulai mengering dan termineralisasi.
Para peneliti mengatakan bahwa dari sudut pandang kimita, proses mumifikasi Mesir adalah proses mineralisasi jaringan yang dapat bertahan selama ribuan tahun.
Menurut Ożarek-Szilke, “Dua proses ini menjelaskan kepada kami mengapa tulang janin hampir tidak terlihat pada CT scan. Anda dapat melihat, misalnya, tangan atau kaki, tetapi ini bukan tulang, tetapi jaringan kering.
Tengkorak, yang berkembang lebih cepat dan paling termineralisasi, sebagian terawetkan”.
Faktanya, para peneliti menjelaskan bahwa mereka membutuhkan waktu untuk mendeteksi janin di dalam tubuh wanita karena hampir tidak ada jejak tulang.
Tetapi beberapa misteri belum terpecahkan, apakah ada lebih banyak mumi wanita hamil yang janinnya tidak dapat dideteksi di koleksi lain?
Para peneliti percaya bahwa itu sangat mungkin terjadi karena kesulitan dalam identifikasinya.
Bahkan sangat mungkin pada mumi Mesir lainnya, janin ‘larut’ dan itulah sebabnya para peneliti belum dapat menemukannya.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR