Intisari-Online.com - Filipina memiliki perjanjian pertahanan bersama dengan Amerika Serikat tahun 1951.
Ketika China berulangkali mengklaim sebagian besar perairan Laut China Selatan, perairan yang juga diperebutkan oleh sejumlah negara termasuk Filipina, AS memberi China peringatan keras.
Pada pertengahan tahun lalu, AS mengultimatum China bahwa tindakannya dapat mengaktifkan perjanjian pertahanan bersama antara AS dan Filipina.
Salah satu pasal dalam perjanjian itu berbunyi, “Setiap pihak mengakui bahwa serangan bersenjata di area Pasifik terhadap salah satu pihak akan berbahaya bagi perdamaian dan keselamatannya sendiri dan menyatakan bahwa pihaknya akan bertindak untuk menghadapi bahaya bersama sejalan dengan proses konstitusional.”
Namun, hingga saat ini, peran AS sebagai pelindung Filipina baru sebatas mengeluarkan ancaman, tanpa memberi bantuan persenjataan berarti.
Untuk itulah Filipina akhirnya nekat membeli senjata luar biasa nan mahal yang namanya justru bisa bikin AS murka.
Melansir eurasiareview.com (16/1/2021), Filipina telah setuju untuk membeli paket rudal anti-kapal supersonik BrahMos senilai US$375 juta (sekitar Rp5,4 Triliun) dari India, memanfaatkan saingan strategis utama China di Asia untuk menopang pertahanannya di Laut China Selatan yang disengketakan.
Akuisisi Brahmos, dikatakan sebagai rudal jelajah tercepat di dunia, menandai terobosan dalam upaya untuk meningkatkan persenjataan pertahanan Filipina, menurut seorang analis.
Pada hari Jumat, Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana merilis sebuah dokumen melalui media sosial yang menunjukkan bahwa Manila telah menyetujui akuisisi sistem rudal berbasis darat untuk Angkatan Laut Filipina dari BrahMos Aerospace Private Ltd.
“Sebagai kepala entitas pengadaan (HOPE), saya baru-baru ini menandatangani Pemberitahuan Penghargaan untuk Proyek Akuisisi Rudal Anti-Kapal Pesisir Angkatan Laut Filipina ,” kata Lorenzana di Facebook.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR