Intisari-Online.com - Rudal balistik jarak menengah DF-26 China, yang mampu mencapai target sekitar 3.400 mil jauhnya, dapat menimbulkan ancaman bagi instalasi militer utama Amerika Serikat (AS) di Lingkar Pasifik.
Menurut para ahli strategi militer Amerika mengalihkan fokus ke kawasan Indo-Pasifik, Guam, sebuah pulau AS yang jauh di Samudra Pasifik, menjadi semakin penting.
Pada 1 Oktober 2020, fasilitas Korps Marinir AS di Guam diaktifkan kembali setelah 68 tahun.
Komando Instalasi Korps Marinir akan mengadakan upacara penggantian nama di pangkalan Pantai Asan pada 27 Januari 2022.
History Happening
Today, Marine Corps Base Camp Blaz became the first Marine Corps base to be activated in 68 years.
The camp symbolizes Guam’s contributions to national security and the continued partnership between the Marine Corps and the Government of Guam. pic.twitter.com/HvNMR15A2D
— U.S. Marines (@USMC) October 1, 2020
Pulau, yang merupakan rumah bagi Pangkalan Angkatan Udara Andersen dan Pangkalan Angkatan Laut Apra, telah lama berfungsi sebagai pusat pertahanan utama AS, melansir The EurAsian Times, Senin (10/1/2022).
Dari pangkalan militer tersebut, AS dapat memproyeksikan kekuatan melintasi Pasifik sambil menjaga tentaranya pada jarak yang aman dari kemungkinan bahaya Korea Utara dan China.
Namun, rudal DF-26 China dapat mengubah perhitungan ini.
Beberapa tahun yang lalu, negara komunis itu meluncurkan rudal baru ini, yang dijuluki "Pembunuh Guam" oleh para analis pertahanan.
Pada tahun 2016, sebuah panel kongres AS mengeluarkan laporan peringatan tentang potensi ancaman dari rudal China ini.
Laporan itu mengatakan rudal itu memungkinkan China untuk melepaskan senjata yang tak tertandingi di Guam dan wilayah AS ini berada dalam jangkauan rudal.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR