Guptil menjelaskan bahwa utang luar negeri kumulatif negara itu diperkirakan mencapai USD 33 miliar pada 2019, yang memberikan beban besar bagi negara untuk pembayaran utang.
Tak terkecuali pembayaran utang Sri Lanka kepada China.
Dalam sebuah pernyataan, kantor kepresidenan mengatakan, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa meminta China membantu merestrukturisasi pembayaran utang, melansir Reuters, Minggu (9/1/2022).
Permintaan itu diajukan agar China bersedia membantu Sri Lanka mengatasi krisis keuangan yang memburuk.
Rajapaksa mengajukan permintaan tersebut dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Kolombo pada hari Minggu.
Sri Lanka telah diuntungkan dari miliaran dolar pinjaman lunak dari China tetapi negara kepulauan itu saat ini berada di tengah krisis valuta asing yang menempatkannya di ambang default, menurut para analis.
Baca Juga: Jakarta Catat Meluasnya Penularan Omicron, Covid-19 Aktif Hampir Tembus 2.000 Kasus
"Presiden menyatakan akan sangat melegakan negara jika perhatian dapat diberikan pada restrukturisasi pembayaran utang sebagai solusi atas krisis ekonomi yang muncul dalam menghadapi pandemi COVID-19," kata kantor Rajapaksa di pernyataan.
China adalah pemberi pinjaman terbesar keempat Sri Lanka, setelah pasar keuangan internasional, Asian Development Bank (ADB) dan Jepang.
Selama dekade terakhir, China telah meminjamkan Sri Lanka lebih dari $5 miliar untuk jalan raya, pelabuhan, bandara, dan pembangkit listrik tenaga batu bara.
Tetapi para kritikus menuduh dana itu digunakan untuk proyek gajah putih dengan pengembalian rendah, yang dibantah China.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR