Selanjutnya di tahun 803 M Rakai Panaraban digantikan Rakai Warak Dyah Manara yang menjabat selama 24 tahun.
Tahun 827 M, dia digantikan Dyah Gula yang hanya bertahan tiga tahun saja, dan pada 829 M, Rakai Garung menggantikannya.
18 tahun kemudian pada 847 M, Rakai Pikatan Dyah Saladu naik ke singgasana.
Rake Kayuwangi Dyah Lokapala bertahta delapan tahun kemudian pada 855 M, mengisi kekuasaan 30 tahun lamanya untuk selanjutnya diganti Dyah Tagwas pada 885 M.
Namun Dyah Tagwas tidak lama bertahan, karena hanya tujuh bulan berkuasa, ia malah terusir dari istana.
Ia digantikan Rake Panumwangan Dyah Dawendra yang hanya bertahan dua tahun saja dan kemudian diusir dari istana juga.
Baca Juga: Jejak Kerajaan Mataram Kuno Ditemukan di Kota Semarang
Rake Gurunwangi Dyah Bhadra menggantikannya pada 887 M, yang malah kepayahan dan tidak sampai sebulan memilih melarikan diri dari singgasana.
Akhirnya terjadi kekosongan kekuasaan selama kurang lebih tujuh bulan, dan barulah pada 894 M, Rakai Wungkalhumalang Dyah Jaban bertahta selama 4 tahun.
Ia dimahkotai pada 898 M.
Penulis Raja-raja Mataram Kuno dari Sanjaya Sampai Balitung, Sebuah Rekonstruksi Berdasarkan Prasasti Wanua Tengah III yang termuat di Berkala Arkeologi 1994 memperhatikan mengapa jumlah raja yang dimuat dalam Prasasti Mantyasih dan Wanua Tengah III berbeda, hal ini ternyata disebabkan latar belakang dikeluarkannya prasasti.
KOMENTAR