Intisari-Online.com - Kedatangan bangsa Belanda di Nusantara yang semula diterima dengan baik oleh rakyat ataupun raja-raja yang berkuasa berubah ketika mereka mereka melakukan monopoli perdagangan.
Rakyat marah dan berani melawan di bawah pimpinan tokoh-tokoh lokal.
Salah satu kerajaan yang sering terlibat kontak senjata dengan Belanda adalah Kesultanan Mataram, terlebih ketika Mataram diperintah oleh Sultan Agung atau Mas Rangsang (1613-1645).
Pasukan Sultan Agung dari Mataram menyerang Batavia, Markas Kongsi Dagang Belanda VOC, sebanyak dua kali, yaitu 1628 dan 1629.
Rupanya, ada kisah unik ketika pasukan Kompeni -sebutan orang Nusantara untuk kongsi dagang Belanda- menghalau serbuan pasukan Mataram.
Mereka sukses mengandaskan serbuan itu 'hanya' bermodal tinja.
Itu adalah ide seorang Komandan Pasukan Kompeni bernama Hans Madelijn.
Melansir artikel National Geograhic Indonesia, Kesaksian Prajurit Mataram Juluki Batavia Sebagai 'Kota Tahi', oleh Mahandis Yoanata Thamrin, inilah Hans Madelijn dan kisahnya.
Baca Juga: Disepakati Indonesia dengan Belanda, Ini Makna KMB Bagi Bangsa Indonesia
Johan Neuhof (1618-1672), seorang Jerman, telah menerjemahkan sebuah buku berbahasa Belanda yang berkisah tentang kocar-kacirnya kubu VOC.
Buku itu dia beri judul Die Gesantschaft der Ost-Indischen Geselschaft in den Vereinigten Niederlaendern an Tartarischen Cham, terbit pada 1669. Selain berisi kisah, buku itu juga berisi 36 litografi.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR