Intisari-online.com - Seluruh dunia mati-matian ingin bebas dari Covid-19 dan semua orang tidak ingin terinfeksi penyakit ini.
Bahkan berbagai cara dilakukan negara di seluruh dunia, untuk memberantas penyebaran Covid-19.
Namun, tahukah Anda saat semua orang di seluruh dunia berperang dengan Covid-19.
Ada sebuah negara yang justru rakyatnya ingin terinfeksi Covid-19 dengan sengaja.
Anehnya negara ini, justru negara maju di Eropa di mana rakyatnya dengan sengaja menyuntikkan dirinya dengan Covid-19.
Negara tersebut adalah Belanda, di mana jual beli infeksi Covid-19 justru berkembang pesat di negara ini.
Menurut surat berita Belanda De Telegraaf, polisi Belanda telah menemukan jalur khusus untukmenginfeksi SARS-CoV-2 kepadaorangyang ingin terinfeksi sendiri dengan Covid-19 .
Botol kaca berisi SARS-CoV-2 akan dikirimkan melalui pos kepada mereka yang menentang vaksinasi terhadap Covid-19.
Subyek ini membiarkan virus masuk ke tubuh mereka untuk mendapatkan sertifikat pemulihan dari penyakit.
Praktisnya mereka yang menentang diberi vaksin lebih memilih terinfeksi Covid-19, kemudian setelah mereka sembuh bisa mendapatkan sertifikat pemulihan.
Diketahui, pemerintah Belanda telah memperketat tindakan pembatasan, untuk mencegah merebaknya Covid-19.
Secara khusus, selain wajib memakai masker, orang yang berusia di atas 13 tahun harus menunjukkan sertifikat keamanan Covid-19 (termasuk sertifikat vaksinasi atau pemulihan dari Covid-19) untuk dapat melewati beberapa tempat umum.
Seorang pria (yang belum diidentifikasi) yang terlibat dalam penjualan online SARS-CoV-2, telah ditangkap oleh polisi dan didakwa dengan kegiatan perdagangan ilegal.
Polisi Belanda mengatakan bahwa setiap "botol" SARS-CoV-2 dijual oleh subjek dalam bentuk "alat tes Corona" seharga 33,5 Euro (Rp550 ribu).
Kasus baru Covid-19 meningkat secara dramatis di Belanda baru-baru ini, meskipun tingkat vaksinasi negara itu tinggi dan pembatasan ketat.
Belanda pada 11 Desember mencatat lebih dari 17.000 lebih infeksi Covid-19, sehingga jumlah total infeksi di negara itu menjadi lebih dari 2,86 juta kasus, di mana lebih dari 20.000 orang telah meninggal.
Pekan lalu, Belanda harus mengerahkan pasukan untuk mendukung rumah sakit yang penuh tempat tidur.
"Militer berusaha mendukung rumah sakit Belanda untuk memastikan pada dasarnya tidak ada fasilitas yang menolak pasien," kata koordinator bantuan militer Belanda Martin van Dijk pada 6 Desember.