Puncaknya adalah pada malam gerakan 30 September (G30S).
Kemudian, ketidakstabilan politik pun berdampak pada kondisi ekonomi yang membuat rakyat merasa kesulitan.
Lahirlah Tritura sebagai tuntutan atas kondisi tersebut yang ditujukan kepada Presiden Soekarno.
Dari peristiwa ini, gugur seorang demonstran dari Universitas Indonesia, Arif Rachman Hakim karena tertembak aparat.
Baca Juga: Coba Gosokkan Mentimun pada Siku dan Lutut Selama 15 Menit, Hasilnya Akan Bikin Anda Terkejut
Gugurnya Arif Rachman Hakim
Dua hari setelah demonstrasi, yaitu 12 Januari 1966, wakil mahasiswa diundang Presiden Soekarno di lstana Bogor untuk menghadiri sidang kabinet.
Beberapa tuntutan mahasiswa dijawab dengan penurunan harga minyak sebesar 50 persen serta upaya untuk mencari jalan keluar untuk menurunkan harga barang secara keseluruhan.
Tetapi, kemudian presiden Soekarno merasa janjinya sulit direalisasikan dan menuduh gerakan mahasiswa dimanipulasi dan ditunggangi oleh kekuatan neokolonialisme dan imperialisme.
Mahasiswa pun kembali bergerak agar Tritura dipenuhi dan melakukan aksi sabotase pelantikan Kabinet Baru yang memaksa para calon menteri harus mencapai istana dengan menggunakan helikopter.
Dalam situasi memanas antara mahasiswa dan pasukan pengawal khusus presiden, Cakrabirawa, itulah terjadi insiden tertembaknya Arif Rachman Hakim. Insiden ini semakin membakar semangat para mahasiswa.
Situasi di Indonesia kian memanas, hingga pada akhirnya Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret yang memberikan tugas kepada Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban.
Seperti diketahui, Surat Perintah 11 Maret 1966 itulah yang dianggap sebagai awal muncul dan berkembangnya kekuasaan Orde Baru.
Sementara untuk mengingat perjuangan para mahasiswa, tiap tanggal 10 Januari ditetapkan sebagai Hari Tritura.
(*)
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR