Advertorial
Intisari - Online.com -Indonesia merupakan negara yang mengakui 6 agama sebagai bagian dari toleransi.
Enam agama terdiri dari Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan Konghucu.
Hindu dan Buddha adalah dua agama yang masuk ke Indonesia pertama kali dari India.
Perkembangan peradaban kedua agama ini terlihat dari perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia sebelum Islam dan agama-agama lain masuk.
Kini, mayoritas penganut agama Hindu ada di pulau Bali.
Hal ini karena setelah runtuhnya peradaban Hindu-Buddha di Indonesia, banyak sisa-sisa masyarakatnya lari ke pulau Bali.
Walaupun begitu, ada juga Suku Tengger yang hidup di gunung Bromo menjadi sisa masyarakat Majapahit yang masih menerapkan ajaran agama Hindu kuno.
Sampai sekarang, perbedaan agama tidak menjadi masalah di Indonesia.
Masyarakat yang berbeda agama masih bisa menghormati agama satu sama lain dalam nama toleransi yang damai.
Hal ini terlihat dari perayaan berbagai hari suci untuk masing-masing agama yang berjalan dengan damai dan khidmat.
Namun siapa sangka, agama Hindu di India sangatlah berbeda.
Agama Hindu dan Hinduisme di India malah menjadi alat politik untuk mengusir umat Muslim dari India.
Hindutva sudah lama dikenal dunia, tapi di tahun 2021 lalu ketika kekejaman Israel atas warga Palestina meningkat dengan drastis, dunia dikejutkan dengan dukungan mutlak pemerintah India terhadap Israel.
Mereka mendukung aksi kejam dan pelanggaran HAM itu atas dasar kebencian terhadap umat Islam.
Mengutip Wikipedia, Hindutva adalah gerakan Nasionalisme Hindu yang tumbuh di India.
Dilihat sebagai ideologi politik, Hindutva dikembangkan oleh Vinayak Damodar Savarkar di tahun 1923.
Kini Hindutva mulai sangat terasa di politik India dengan pemilihan Narendra Modi sebagai Perdana Menteri India tahun 2014.
Ia diusung oleh salah satu dari tiga partai besar Hindutva, Bharatiya Janata Party (BJP).
Selain BJP, partai besar Hindutva lainnya adalah Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), Vishva Hindu Parishad (VHP) dan organisasi lain yang secara berkelompok disebut Sangh Parivar.
Lantas apa hubungan Hindutva dengan Zionisme?
Mengutip The Conversation, Hindutva menginginkan India nantinya menjadi negara dengan konsep seperti Israel yang semakin ke sini semakin tampak gerakan Zionismenya di mana-mana.
Sekuleris India sering mengklaim jika Hindutva berniat mengubah India menjadi versi Hindu dari Pakistan.
Hal ini memang tidak salah, karena pendiri Pakistan, Muhammad Ali Jinnah mendirikan Pakistan dengan campuran agama, nasionalisme dan negara.
Namun analogi Pakistan tergolong terbatas.
Hal ini karena Pakistan selama lebih dari 60 tahun telah menjadi negara yang didominasi militer.
India sendiri negara demokrasi.
Sehingga sulit dibayangkan orang setara Zia-ul Haq, diktator militer Islam yang memerintah Pakistan dari 1977-1988, muncul di India dan "menganut Hindu" di India.
Maka Hindutva perlu pendekatan demokratis untuk mencapai tujuannya menjadikan India sebagai negara Hindu.
Muncullah Israel, negara demokratis dan supremasi yang mengklaim mereka sendiri adalah "negara demokrasi Yahudi".
Rasa sayang para penguasa Hindutva yang memimpin India kepada Israel telah mengakar begitu dalam, yaitu dari Vinayak Damodar Savarkar (1883-1966) sampai Modi sekarang.
Savarkar menuliskan di tahun 1920-an: "Jika impian Zionis menjadi kenyataan, jika Palestina menjadi negara Yahudi, hal itu akan menyenangkan kita sama halnya rasa senang teman-teman Yahudi kami."
Pandangan Hindutva sendiri terhadap umat Islam di India juga hampir sama seperti Zionisme memandang umat Islam Palestina, walaupun umat Islam India hanya 15% dari total populasi.
Tahun 2016, pemerintahan Modi melahirkan UU Kewarganegaraan India yang sangat kontroversial.
UU yang disebut-sebut UU anti-Muslim itu akan memberikan kewarganegaraan India pada anggota agama yang ditunjuk, yaitu mulai dari minoritas Hindu, Sikh, Kristen, Buda, Jain, Zoroastrian dari tiga negara mayoritas Muslim di sekitar India: Bangladesh, Pakistan dan Afghanistan, yang telah menetap di India tanpa status hukum.
Artinya, umat Hindu dan non-Muslim tiga negara itu bisa dengan cepat menjadi warga negara India dengan alasan mereka adalah korban penganiayaan agama.
UU ini mirip dengan kebijakan Israel mempromosikan migrasi Yahudi dari seluruh dunia ke Israel.
Sangat jelas sekali siapa yang diinginkan menjadi warga negara dan siapa yang ingin mereka buang.
Kini, banyak pejabat tinggi partai Hindu di India menyadari jika mereka salah kaprah menggunakan Hinduisme sebagai alat politik menyingkirkan umat Islam di India.
Namun, hal ini masih tidak mengubah kondisi mengerikan bagi umat Islam di sana.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini