Lampaui Nalar Manusia dan Seluruh Alam Semesta, Inilah Nasib Gajah Mada yang Masih Banyak Diperdebatkan, Benarkah Meninggal Atau Justru Moksa Ke Kahyangan?

May N

Penulis

ilustrasi. Mahapatih kerajaan Majapahit, Gajah Mada, namanya besar di Asia Tenggara, namun kenapa tidak dikenal di Jawa Barat?
ilustrasi. Mahapatih kerajaan Majapahit, Gajah Mada, namanya besar di Asia Tenggara, namun kenapa tidak dikenal di Jawa Barat?

Intisari - Online.com -Nasib Patih Gajah Mada, patih Kerajaan Majapahit yang membuat Raja Hayam Wuruk tidak bisa menikah dengan Dyah Pitaloka dari Kerajaan Sunda masih simpang siur.

Gajah Mada yang mengambil sumpah Palapa ini tidak diketahui nasib akhirnya.

Kitab Negarakertagama menyebut setelah Hayam Wuruk kembali dari upacara keagamaan di Simping, ia menjumpai Gajah Mada sudah sakit.

Gajah Mada disebutkan meninggal dunia pada 1286 Saka atau 1364 Masehi karena sakit.

Baca Juga: Peta Kuno Pulau Jawa Terbongkar, Tunjukkan Pulau Jawa Tebelah Menjadi Dua Bagian, Menunjukkan Kerajaan Sunda dan Majapahit yang Tidak Bersatu Karena Hal Ini

Setelah itu walaupun diadakan sidang Dewan Sapta Prabu oleh Hayam Wuruk untuk mencari pengganti Gajah Mada, tidak ditemukan pengganti untuk posisi Patih Gajah Mada.

Diceritakan Hayam Wuruk kemudian memilih empat Mahamantri Agung di bawah pimpinan Punala Tanding.

Mereka kemudian membantunya menyelenggarakan segala urusan negara.

Namun kemudian mereka digantikan dua orang menteri, yaitu Gajah Enggon dan Gajah Manguri.

Baca Juga: Pantas Saja Jadi Kerajaan Terkuat yang Pernah Ada, Ternyata SeginiBanyak Kapal PerangBuatan Majapahit, Lebih Banyak dari Jumlah Kapal Angkatan LautIndonesia Sekarang!

Hayam Wuruk kemudian memutuskan mengangkat Gajah Enggon sebagai Patih Mangkubumi, menggantikan Gajah Mada.

Namun, ada versi lain yang sulit dipercaya oleh orang-orang.

Hal ini karena melampaui nalar manusia.

Kidung Sunda Pupuh ketiga atau Sinom menuliskan Gajah Mada moksa atau menghilang.

Baca Juga: Bukan dengan Senjata Tradisional Seperti Pusaka Keris dan Tombak, Rupanya Senjata Inilah yang Jadi Andalan Majapahit, Saking Ngerinya Belanda sampai Bertekad Memusnahkannya

Pupuh ketiga menjelaskan jika Hayam Wuruk merasa cemas menyaksikan perang Bubat antara Majapahit dan Sunda.

Pasukan Majapahit dipimpin oleh Gajah Mada.

Hayam Wuruk yang jatuh cinta dengan putri Sunda, Dyah Pitaloka, selanjutnya pergi ke pesanggaran putri Sunda itu.

Namun ia ditemukan dalam kondisi tewas, membuat Hayam Wuruk meratapi kehilangannya karena ia begitu jatuh cinta dengan wanita idaman itu.

Baca Juga: Jadi Saksi Keberanian Kerajaan yang Pernah Tantang Kerajaan Sekelas Majapahit, Konon Inilah Lokasi Perang Bubat di Mana Kerajaan Sunda Berani Melawan Majapahit

Kemudian diadakan upacara untuk menyembahyangkan dan mendoakan para arwah.

Tidak berselang lama Hayam Wuruk pun berangkat.

Setelah Dyah Pitaloka diperabukan dan semua upacara keagamaan selesai, kedua paman Hayam Wuruk yaitu Raja Kahuripan dan Raja Daha berunding dan sepakat menyalahkan Gajah Mada atas malapetaka Bubat.

Mereka ingin menangkapnya dan membunuhnya.

Baca Juga: Jadi Satu-Satunya Wanita Penguasa Majapahit, Siapa Sangka Sosok Tribhuwana Tunggadewi Sampai Membingungan Para Ilmuwan, Informasinya Begitu Sedikit Namun Perannya Begitu Besar

Mereka bergegas datang ke kepatihan dengan membawa pasukan, dan saat itu patih Gajah Mada sadar jika waktunya sudah tiba.

Gajah Mada kemudian mengenakan segala perlengkapan upacara dan melakukan yoga samadi.

Selanjutnya ia menghilang (moksa) tak terlihat menuju ketiadaan (niskala).

Kedua versi sampai saat ini masih menjadi perdebatan.

Baca Juga: Letaknya di Ujung Indonesia, Inilah Kerajaan Islam yang Pernah Diserang Majapahit, Sekaligus Jadi Pengkhianatan Sumpah Palapa oleh Gajah Mada

Ada juga versi lain seperti dikatakan oleh Agus Aris Munandar dalam Gajah Mada Biografi Politik, menyebut Gajah Mada memilih hidup sebagai pertama di Madakaripura di bedalaman Probolinggo selatan, wilayah kaki pegunungan Bromo-Semeru.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait