Intisari-online.com - Covid-19 awalnya hanya sebuah penyakit aneh yang mendadak muncul di China, namun berubah menjadi malapetaka bagi seluruh dunia.
Kini fenomene nyaris sama juga terjadi di mana ada 100 orang meninggal akibat penyakit misterius di Sudan ini.
Pada 28 Desember, "penyakit aneh" itu telah merenggut nyawa sedikitnya 97 orang di Fangak, negara bagian Jonglei, Sudan Selatan utara, menurut Mirror.
Catatan, ini hanya statistik dari rumah sakit, pusat kesehatan dan dokter di Sudan Selatan.
Kementerian Kesehatan Sudan Selatan mengungkapkan bahwa penyakit misterius itu terutama menyerang orang tua dan anak-anak di bawah 14 tahun, yang memiliki kesehatan dan sistem kekebalan yang buruk.
Gejala "penyakit aneh" tersebut antara lain batuk, diare, demam tinggi, sakit kepala, nyeri sendi, kehilangan nafsu makan, lemas, dan nyeri dada.
Ini adalah gejala penyakit yang umum, menyebabkan orang dengan "penyakit aneh" menjadi subjektif dan mencari perawatan di rumah daripada pergi ke fasilitas medis untuk perawatan.
Pada 14 Desember, WHO mengumumkan bahwa mereka telah mengirim tim respon cepat ke Sudan Selatan untuk menyelidiki "penyakit aneh".
Namun, setelah mengumpulkan sampel dan melakukan tes, tim investigasi WHO meninggalkan Sudan Selatan tanpa mengungkapkan informasi apa pun.
Tindakan membingungkan mereka membuat marah pejabat Sudan Selatan, menurut Mirror.
Kementerian Kesehatan Sudan Selatan mengatakan bahwa daerah Fangak menderita akibat banjir besar.
Hal ini meningkatkan tekanan pencegahan penyakit pada pejabat lokal.
Penyakit yang saat ini menjadi perhatian pemerintah Sudan Selatan adalah malaria dan kolera.
Mereka tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menyelidiki "penyakit aneh" yang secara diam-diam merenggut nyawa banyak orang.
"Banjir di Sudan Selatan adalah kondisi sempurna untuk wabah penyakit," kata Medecins Sans Frontieres, sebuah badan amal internasional yang beroperasi di Sudan Selatan.
Dari Agustus hingga Oktober tahun ini, Sudan Selatan terus menerus dilanda banjir besar yang mempengaruhi lebih dari 700.000 orang, dan memaksa lebih dari 200.000 orang meninggalkan rumah mereka.
Ini adalah banjir terburuk di negara itu dalam 60 tahun.
"Banjir meningkatkan risiko wabah penyakit, terutama penyakit seperti diare akut, kolera, dan malaria," Medecins Sans Frontieres memperingatkan.
Tidak jelas mengapa tim respons cepat WHO bergegas meninggalkan Sudan Selatan tanpa membuat pengumuman atau mengungkapkan apa pun tentang "penyakit aneh".
Sebelum mengirim orang ke Sudan Selatan, WHO berspekulasi bahwa penyakit misterius itu bisa jadi hanya wabah kolera.
Penderita kolera parah bisa mengalami dehidrasi parah, menyebabkan gagal ginjal dan kematian dalam waktu singkat.
Menurut Mirror, tim respons cepat WHO mencoba menguji sampel "penyakit aneh" di Sudan Selatan untuk mencari bakteri kolera, tetapi hasilnya negatif.