Intisari - Online.com -Amerika Serikat (AS) mengincar untuk mengatur pengendalian senjata dengan China.
Pejabat senior Departemen Luar Negeri AS pada hari Kamis (16/12), menyampaikan harapannya untuk bisa melakukan pembicaraan tentang pengendalian senjata dengan China.
Saat ini AS menyoroti China yang dianggap sedang memperbanyak persenjataan nuklirnya dan armada kapal selam bertenaga nuklir.
Dilansir dari Reuters, pejabat yang tak disebutkan namanya ini mengatakan bahwa China diperkirakan akan menggandakan persenjataan rudal nuklirnya dalam beberapa tahun ke depan.
Di lain pihak, AS justru telah melakukan pengurangan besar dalam persediaan mereka.
Bulan lalu, Presiden Joe Biden dan Presiden Xi Jinping sepakat untuk membuka peluang pembicaraan terkait pengendalian senjata.
Hal ini juga dipastikan langsung oleh penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan, pada 16 November.
Pejabat senior AS yakin bahwa Biden dan Xi memiliki satu suara untuk mengadakan pembicaraan lanjutan terkait hal tersebut.
Pembicaraan mungkin akan dilakukan dalam waktu dekat.
"Jadi, saya optimis bahwa ini akan segera dimulai. Tetapi saya tidak dapat memberi tahu Anda kapan atau pada tingkat apa," kata pejabat tersebut, seperti dikutip Reuters.
AS sudah sejak lama mengundang China untuk bergabung dalam kesepakatan pengendalian senjata dengan Rusia.
Sayangnya, duta besar perlucutan senjata China di Jenewa, Li Song, pada Oktober lalu mengatakan bahwa pihaknya tidak tertarik pada hal-hal terkait kontrol dan perlucutan senjata trilateral.
Li mengatakan, China tidak mencari kesetaraan dengan kekuatan nuklir dan bahwa kapasitas nuklirnya murni untuk pertahanan diri.
"Akan memakan waktu untuk mengembangkan tingkat negosiasi produktif yang sama dengan China dan itulah mengapa kami percaya sangat mendesak untuk memulai, pada tingkat apa pun dan topik apa pun," ungkap pejabat senior Departemen Luar Negeri AS.
Sampai saat ini AS dan Rusia telah mengadakan dua kali pembicaraan mengenai stabilitas strategis di Jenewa sejak bulan Juni lalu.
Di tengah pembicaraan yang masih berlangsung dengan baik selama puluhan tahun, AS bermaksud mengajak China untuk ikut serta.