Intisari-Online.com -Perlombaan senjata antara negara-negara besar seperti Rusia dan Amerika Serikat bukan lagi sebuah rahasia.
Bahkan, presiden Rusia Vladimir Putin dengan terbuka mengakuinya.
Bahwa saat ini perlombaan senjata antara Rusia dan Amerika Serikat sedang berlangsung.
Kondisi ini dipicu oleh keluarnya AS dari Perjanjian Rudal Anti-Balistik (ABMT) dua dekade lalu.
Putin menyebut selama ini perlombaan senjata antara Rusia dan AS sedang berlangsung, saat dirinya hadir pada sesi pleno Pekan Energi Rusia hari Rabu (13/10).
DikutipTASS, Putin mengatakan "Perlombaan senjata sedang berlangsung, sayangnya. Dan itu telah dimulai setelah penarikan AS dari ABMT."
Putin juga mengingat kembali momen tahun 2003, di mana ia mendesak AS untuk tidak menarik diri dari ABMT.
Baginya, perjanjian tersebut adalah hal mendasar untuk terhindar dari serangan senjata nuklir.
Putin melanjutkan, "Ini bukan hanya perlindungan, ini adalah upaya untuk mendapatkan keuntungan strategis dengan menghilangkan potensi nuklir dari lawan yang mungkin."
Mengacu laman Kementerian Luar Negeri AS, ABMT merupakan perjanjian kontrol senjata tentang pembatasan sistem rudal anti-balistik yang digunakan untuk menangkal serangan rudal balistik.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Rusia dan AS hanya diizinkan untuk memiliki dua kompleks ABM.
Masing-masing di antaranya hanya boleh berisi maksimal 100 rudal anti-balistik.
Pada 13 Desember 2001, Presiden AS saat itu, George W. Bush, memberi pemberitahuan tentang penarikan diri AS dari perjanjian.
ABMT resmi hilang pada tahun 2002 setelah kedua negara akhirnya menandatangani Perjanjian Pengurangan Serangan Strategis, yang bertujuan untuk membatasi jumlah hulu ledak nuklir satu sama lain.
Keluarnya AS dari ABMT saat itu memicu banyak kritik.
John Rhinelander, seorang negosiator dari ABMT, bahkan menyebut langkah tersebut dapat memicu lahirnya dunia tanpa batasan hukum yang efektif pada proliferasi nuklir.
Baca Juga: Cek Weton Hari Ini, Weton Minggu Legi, Watak, Pekerjaan, dan Jodoh yang Cocok Menurut Primbon Jawa
Penarikan ini disusul oleh peningkatan kekuatan nuklir AS secara pesat.
Kemudian, Putin menanggapi langkah AS tersebut dengan peningkatan kemampuan nuklir negaranya demi bisa mengimbangi AS.