Advertorial
Intisari - Online.com -Agama Shinto yang dianut sebagian besar masyarakat Jepang tidak memiliki pendiri.
Ketika masyarakat Jepang dan kebudayaan Jepang mulai sadar tentang diri mereka, Shinto sudah hadir.
Shinto tidak memiliki kitab suci yang bisa dibandingkan dengan Alkitab atau Al Quran.
Satu-satunya rujukan yang bisa dipakai adalah buku Kojiki dan Nihon shoki.
Keduanya ditulis pada tahun 712 dan 720 M, dan merupakan kompilasi tradisi Shinto kuno yang disebarkan dari mulut ke mulut.
Namun buku tersebut juga merupakan buku tentang sejarah, topografi dan sastra Jepang kuno.
Banyak yang berpendapat kemungkinan doktrin Shinto disusun dari kedua buku dengan mengartikan mitos dan praktik agama yang digambarkan dalam buku tersebut.
Sebagian cerita yang mirip dengan cerita dalam mitologi Jepang ditemukan dalam mitos-mitos di Asia Tenggara, dan dalam gaya penggambaran di mitos Jepang beberapa pengaruh China bisa dikenali.
Namun inti mitologi ini tersusun dari kisah mengenai dewi matahari Amaterasu Omikami.
Dikutip dari Britannica, dewi Amaterasu adalah nenek moyang dari Rumah Tangga Kekaisaran, dan dongeng menceritakan bagaimana keturunan langsungnya menyatukan orang-orang Jepang di bawah kekuasaan mereka.
Pada awal cerita, menurut mitologi Jepang, sejumlah kami (dewa) dengan mudah muncul, dan pasangan dewa, Izanagi dan Izanami, melahirkan pulau-pulau Jepang, demikian pula dengan dewa-dewa yang menjadi leluhur berbagai klan.
Amaterasu, penguasa Takama no Hara (dataran langit tinggi); Tsukiyomi no Mikoto, dewa bulan; dan Susano O no Mikoto, penguasa wilayah, merupakan yang paling penting.
Keturunan Amaterasu, Jimmu, dikatakan menjadi kaisar pertama Jepang.
Mitologi Jepang mengatakan jika Tiga Harta Karun Suci (kaca, pedang dan permata) pertama kali diberikan Amaterasu kepada cucu lelakinya itu.
Ketiga harta karun tersebut kini masih menjadi simbol Rumah Tangga Kekaisaran Jepang.
Kuil Dalam (Naiku) dari kuil Ise-jingu dibangun untuk dewi kuno ini dan merupakan kuil paling sakral dalam Shinto.
Perlu diingat, kekaisaran Jepang adalah salah satu sistem monarki paling tua di dunia, dan seperti banyak kerajaan kuno, kaisar Jepang menelusuri nenek moyang mereka mencari sumber yang dekat dengan Tuhan atau istilahnya keilahiannya.
Dari asal-usul inilah yang menyebabkan kaisar dianggap sebagai dewa dalam sepanjang sejarah Jepang.
Meski begitu, kaisar Jepang bukanlah makhluk gaib, malah ia justru harus bertanggung jawab melakukan ritual tertentu memastikan bisa melindungi Jepang dan mempertahankan kemakmurannya.
Kaisar juga selama ini memiliki kekuatan politik yang sedikit untuk sebagian sejarah Jepang, hingga akhirnya konsep kaisar berubah total ketika Restorasi Meiji.
Kaisar Hirohito terpaksa melepas keilahiannya setelah Jepang kalah oleh Sekutu ketika Perang Dunia Kedua.
Meski begitu ada beberapa yang beranggapan status ilahi kaisar Jepang tidak berubah setelah perang.
Sebaliknya menurut mereka anggapan tersebut hanyalah propaganda para pemenang untuk memutus hubungan antara kaisar dan rakyat Jepang.
Kini setelah Hirohito melepas status keilahiannya, hanya sedikit orang Jepang yang masih menyembah kaisar.
Banyak juga yang berpendapat jika Kaisar sudah tidak berfungsi lagi dalam dunia modern.
Mitos Amaterasu
Ada banyak mitos mengenai Amaterasu, salah satunya mengenai ketika Amaterasu memblokir dirinya sendiri di dalam gua setelah konflik dengan adiknya, Susano O.
Susano O menciptakan kekacauan di bumi, menghancurkan sawah, menumbangkan pohon dan bahkan menghancurkan bangunan suci.
Kesabaran Amaterasu habis ketika saudara laki-lakinya itu membuat lubang di atap aula tempat dewi itu duduk dan menyaksikan dewa-dewa lain menenun pakaian surgawi dan dia melemparkan tubuh seekor kuda besar yang dikuliti.
Hal tersebut membuat banyak penenun terluka bahkan meninggal dunia.
Amaterasu kemudian mundur ke dalam gua di tengah bumi, dikenal dengan Ama-no-Iwato (Gua Batu) dan ia menolak untuk keluar.
Hal tersebut membuat dunia dalam kegelapan total.
Total 800 dewa memohon kepada dewi matahari untuk keluar dari persembunyiannya.
Akhirnya dewa-dewa itu membuat tipu muslihat yaitu membuat dewi matahari berpikir sudah ada seseorang atau sesuatu yang bisa mengambil perannya membawa terang ke dunia.
Ketika Amaterasu membuka pintu gua sedikit guna melihat apa yang sedang terjadi, ia ditangkap, dibawa keluar dan dicegah untuk kembali ke dalam gua.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini