Penulis
Intisari - Online.com -Agama sejatinya adalah konsep menyembah Tuhan, sosok yang dianggap mengatur seluruh kehidupan di muka bumi, dan bertingkah laku menjauhi kerusakan.
Ada banyak agama di dunia, beberapa berdasarkan kitab suci yang diturunkan Tuhan ataupun yang lahir dari pemikiran manusia.
Indonesia mengakui 6 agama di negara ini: Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan Konghucu.
Namun di dunia tidak hanya keenam agama ini saja yang ada.
Ada agama yang bersifat lokal dan membentuk lanskap penduduk suatu wilayah.
Contohnya adalah agama Shinto di Jepang.
Konsep ketuhanan menjadi salah satu kunci dalam agama yang membedakan umat beragama dengan umat yang menganut animisme dan dinamisme, kepercayaan yang menyembah benda atau hewan.
Namun Shinto adalah agama tanpa konsep ketuhanan yang bertahan sampai sekarang.
Mengutip Britannica, Shinto adalah kepercayaan di jepang yang berarti "cara kami".
"Kami" adalah kekuatan suci dan sakral, khususnya dewa.
Shinto dipakai untuk membedakan keyakinan Jepang asli dari agama Buddha yang telah dikenalkan ke Jepang pada abad ke-6 M.
Tidak seperti agama lain, Shinto tidak memiliki pendiri, tidak memiliki prasasti suci yang resmi dan tidak punya dogma yang pasti.
Namun agama ini berhasil dilestarikan terutama keyakinannya selama berabad-abad.
Shinto terdiri dari praktik beragama tradisional Jepang dan juga keyakinan dan aktivitas kehidupan yang sesuai dengan praktik ini.
Shinto lebih banyak diamati di kehidupan sosial warga Jepang dan motivasi personal daripada dalam pola keyakinan formal atau filosofi.
Shinto tetap berhubungan erat dengan sistem nilai-nilai Jepang dan cara berpikir dan bersikap warga Jepang.
Inilah beberapa fakta mengenai agama Shinto yang perlu Anda ketahui, dikutip dari tsunagujapan.com:
1. Keutamaan Shinto adalah Jyoumei Seichoku
Jyoumei Seichoku adalah suatu kata yang bisa dipecah menjadi empat komponen: Jyou, Mei, Sei, dan Choku.
Jyou berarti bersih, Mei berarti terang, Sei artinya jujur, dan Choku berarti dalam jalan yang benar.
Keutamaan ini juga mengajarkan jika hal-hal buruk (Kegare) berasal dari luar.
2. Shinto adalah budaya politeistik
Dewa-dewa Shinto membentang dari leluhur keluarga, wilayah, orang-orang yang meninggal secara tragis, atau membuat pencapaian besar untuk dunia, dewa-dewa kuno dari buku teks tua, alam, cuaca, dan lain sebagainya.
Ada sangat banyak dewa dalam Shinto, sampai ada frasa "Yaoyorozu no Kami" di Jepang.
Yaoyorozu artinya adalah 8 juta, sehingga arti frasa tersebut berarti Dewa berjumlah 8 juta.
3. Dalam Shinto, alam dan dewa dilihat sebagai satu
Bermula dari keyakinan orang tua di desa-desa kecil Jepang, berbagai aspek alam, dan alam sendiri dipuja dan diyakini sebagai dewa.
Contohnya, sebuah gunung akan disembah sebagai dewa.
4. Dalam Shinto, dewa dekat dan familier
Dewa-dewa Shinto dianggap sebagai penjaga para manusia.
Mereka memberi tips kehidupan dan membantu sedikit dalam hidup dengan alam yang kejam.
Ada beberapa dewa yang menyebabkan masalah, tapi sebagian besar dewa bersifat damai.
5. Dalam Shinto, orang bisa dipuja sebagai dewa
Ketika seseorang meninggal dalam cara yang tragis, diyakini mereka bisa menciptakan kekacauan di dunia nyata akibat dendam.
Untuk mencegahnya, orang-orang yang masih hidup akan menyembah mereka sebagai dewa dalam Shinto.
Juga, orang-orang yang membuat hal hebat bagi Jepang dapat disembah juga.
6. Dewa terkenal dalam Shinto adalah Ujigami
Ujigami adalah nama dewa yang disembah oleh orang-orang yang tinggal di wilayah tertentu.
Dengan menyembah dewa ini, orang-orang berdoa agar dewa tersebut menjaga wilayah itu.
Mereka yang percaya dengan Ujigami disebut Ujiko dan kuil yang menyembah Ujigami disebut dengan Ujiyashiro.
Penyembah Ujigami terlihat di seluruh Jepang.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini