Intisari-Online.com -Munculnya virus corona yang diduga berasal dari hewan liar yang dijual di Pasar Seafood Huanan, Wuhan, China turut mengungkap kegemaranorang China dalam mengonsumsi hewan liar.
Dilansir dari Mothership Singapore ada berbagai hewan liar yang dijual di Pasar Seafood Huanan, sepertirubah, anak serigala, burung merak, unta, burung unta, koala, dan landak.
Penjual di pasar tersebut juga menawarkan jasa potong dan pengiriman bagi konsumen yang ingin membeli hewan eksrem tersebut.
Lantas, mengapa orang China gemar menyantap hewan liar yang tak lazim untuk dikonsumsi?
Dilansir dari South China Morning Post, menurut ekonom politik independen, Hu Xingdou, alasan budaya, ekonomi, dan politik masih jadi alasan mengapa orang China suka makan hewan liar dan eksotis.
“Orang China melihat makanan sebagai suatu kebutuhan utama. Karena kelaparan adalah ancaman yang besar dan bagian tak terlupakan dari sejarah negeri ini,” ujar Hu seperti dilansir dari South China Morning Post.
“Mungkin banyak orang China yang tak lagi bermasalah dalam hal makanan. Namun memakan daging, organ, atau bagian dari hewan atau tumbuhan langka telah menjadi identitas bagi sebagian orang.”
Yang lebih mengejutkan, orang China juga disebut mengonsumsibagian dari sisa tubuh manusia yang dijual di pasar gelap ini juga dijadikan makanan.
Hal itu diungkapkan oleh situs berita Vietnam 24h.com.vn, pada Selasa (16/3/21), mengatakan bahwa plasenta alias ari-ari manusia ternyata juga dikonsumsi di China.
Menurut laporan itu, plasenta dijual secara diam-diam di pasar gelap China, meskipun sudah ada larangan dari pemerintah China.
Beberapa orang membeli plasenta dari rumah sakit, rumah duka, dan pabrik pengolahan limbah medis dengan harga sekitar 80 yuan (sekitar Rp170 ribu)/potong.
Kemudian, mereka menjualnya kembali ke toko plasenta ilegal di pasar gelap seharga ratusan yuan, lapor The Paper pada 15 Maret.
Pada hari yang sama, Global Times juga menemukan plasenta manusia untuk dijual di banyak situs, termasuk Xianyu, platform perdagangan barang bekas Alibaba.
Kebanyakan penjual menggunakan nama lain untuk menyebut plasenta agar lolos dijual di situs itu.
Plasenta seharusnya dibuang sebagai limbah medis, menurut Huang Chengsheng, dokter yang sudah enam tahun bekerja di bagian kebidanan, Rumah Sakit Rakyat ke-6 di Shanghai China.
Menurut dr Huang, banyak ibu baru yang memilih mengambil kembali plasenta untuk dimakan.
Banyak wanita berasal dari China, terutama lansia, berpikir bahwa makan plasenta itu baik karena kaya nutrisi.
Seorang wanita bermarga Chen, yang memiliki bayi berusia 22 bulan di Provinsi Shaanxi, barat laut China,mengatakan, sebelum dia melahirkan, baik ibu mertuanya maupun ibunya sendiri menyuruhnya untuk menyimpan plasenta.
Kedua wanita itu ingin makan plasenta untuk menguatkan tubuhnya.
Namun, setelah melahirkan, Chen memutuskan untuk membuang plasenta.
"Aku tidak ingin ibuku memakan plasenta. Itu mengerikan," katanya.
Seorang ibu lain di Shanghai mengatakan bahwa setelah melahirkan, dia membawa plasenta ke toko dekat rumah sakit.
Di sini, plasenta disiapkan dalam bentuk bubuk lalu ditutup menjadi kapsul.
"Ini untuk ayah mertua saya, yang kesehatannya buruk," kata wanita itu kepada Global Times.
Pengolahan awal plasenta menjadi bentuk kapsul sudah menjadi bisnis di China karena sebagian orang tidak bisa memakan plasenta secara langsung.
Seorang wanita yang bekerjadi pengolahan awal plasenta di provinsi Zhejiang, China timur, mengatakan bahwa dia siap melayani secara langsung dengan keluarga yang baru saja melahirkan dan ingin mempersiapkan plasenta.
Menurut wanita ini, dalam beberapa tahun terakhir, jumlah pelanggannya lebih sedikit karena tidak diizinkan beriklan di platform onlinesecara resmi.
"Tapi sebenarnya permintaannya masih besar," katawanita itu.
Sementara itu, pakar dan apoteker pengobatan tradisional Tiongkok (TCM) terkemuka menganjurkan orang untuk tidak memakan plasenta karenabukan hanya tidak sehat tetapi juga berbahaya bagi kesehatan.
"Menurut TCM kuno, plasenta manusia terutama digunakan untuk meningkatkan kekebalan atau mengobati asma atau bronkitis," kata seorang TCM yang berbasis di Yao yang bekerja di sebuah rumah sakit umum di Provinsi Hunan, China.
Pakar pengobatan tradisional ini juga mencatat bahwa plasenta bukanlah obat mujarab untuk menyembuhkan segala penyakit seperti yang diyakini banyak orang secara keliru.
"Lebih buruk lagi, beberapa plasenta bisa mengandung virus menular seperti HIV, hepatitis B, sifilis," menurut dr Huang.
"Orang yang makan plasenta bisa terkena penyakit menular," ungkap dr Huang.
Di China, perdagangan ilegal plasenta manusia dapat dihukum berdasarkan peraturan pengelolaan limbah medis, menurut pakar hukum Zhang Bo.
Pelanggar sering kali mendapat sanksi administratif tidak lebih dari 5 kali lipat jumlah keuntungan ilegal.
Zhang menyarankan agar pihak berwenang meningkatkan sanksi terhadap perdagangan ilegal plasenta dengan hukuman yang lebih berat.
"Jika hukuman naik, katakanlah, 50 kali lipat dari jumlah keuntungan haram, pelanggar harus mempertimbangkan biaya dari perilaku mereka," kata Zhang.