Belasan korban perkosaan guru pesantren tersebut masih banyak yang memiliki pertalian saudara bahkan bertetangga.
Para orangtua santri dari Garut tersebut merasakan kecewa, marah dan perasaan yang berkecamuk mengetahui anak-anak mereka menjadi korban perkosaan gurunya di Cibiru, Bandung, Jawa Barat.
Diah juga pilu menyaksikan sendiri momen pertemuan para orangtua dengan anak-anaknya.
Bagi para orangtua tersebut, anak mereka masih merupakan anak yang polos dan berangkat untuk bersekolah, untuk menuntut ilmu.
Namun mereka harus melihat ketika anak-anak mereka pulang bahwa anak mereka sudah memiliki anak setelah dicabuli guru ngaji yang mereka percaya sebelumnya.
"Rasanya bagi mereka mungkin dunia ini kiamat, ada seorang bapak yang disodorkan anak usia 4 bulan oleh anaknya, enggak, semuanya nangis," kenang Diah.
Peristiwa pilu tersebut terjadi ketika dirinya mengawal pertemuan para orangtua dengan anak-anaknya di kantor P2TP2A Bandung, setelah dibawa keluar dari lingkungan pondok pesantren oleh penyidik Polda Jabar.
Kondisi yang sama, menurut, Diah juga terjadi di kantor P2TP2A Garut saat para orangtua yang tidak tahu anaknya menjadi korban pencabulan guru ngajinya diberi tahu kasus yang menimpa anaknya sebelum akhirnya mereka dipertemukan pertama kali di kantor P2TP2A Bandung sebelum dibawa ke P2TP2A Garut.
KOMENTAR