Intisari-Online.com - Belakangan ini muncul isu mengenai pertanyaan mengapa IDF (Pasukan Pertahanan Israel) baru sekarang secara penuh dan lantang mempersiapkan opsi serangan udara untuk menghancurkan program nuklir Iran.
Padahal, sudah sejak Mei 2019, Teheran mulai secara terbuka dan terang-terangan melanggar batas kesepakatan nuklir 2015 JCPOA dan terus mengembangkan program nuklirnya.
Melansir The Jerusalem Post, Rabu (8/12/2021), mantan perdana menteri Benjamin Netanyahu dan Perdana Menteri saat ini Naftali Bennett (dan sampai batas tertentu Menteri Pertahanan Benny Gantz) saling melontarkan kritik atas masalah ini.
Meski demikian, satu masalah yang menyatukan ketiganya adalah bahwa mereka semua memiliki tanggung jawab atas kurangnya kesiapan.
Netanyahu adalah perdana menteri sepanjang periode 2019-2021 ketika Iran melanjutkan pelanggarannya – sekarang lebih dekat dengan bom nuklir daripada sebelumnya.
Tetapi Gantz telah menjadi menteri pertahanan sejak 17 Mei 2020, dan tidak melakukan apa pun untuk bergerak ke arah kesiapan serangan yang lebih besar.
Begitu pula Bennett yang menjabat menteri pertahanan sejak 12 November 2019 hingga 17 Mei 2020, dan tidak mengambil tindakan untuk menggerakkan IDF agar lebih siap menyerang.
Pertanyaan tentang mengapa tidak ada dari mereka yang merasa perlu untuk memerintahkan IDF untuk menyiapkan opsi serangan potensial menjadi semakin tajam.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR