Akibat yang terjadi adalah banjir lahar yang kemudian menyapu kawasan di lembahan Semeru.
“Kalau tidak ada hujan, maka seluruh material yang keluar sifatnya belum langsung menjadi lahar. Namun, karena ini musim hujan, dan kebetulan hujan besar, maka material yang teronggok di atas terkena air dan hanyut ke sungai,” papar Nana.
Letusan Gunung Semeru ini memiliki karakter sendiri, jelas Nana.
Hal tersebut dikarenakan setiap kompleks gunung berapi di Indonesia memiliki dapur magmanya tersendiri.
Dari tipe letusannya, berdasarkan hasil penelitian dan historis, secara spesifik Gunung Semeru memiliki erupsi yang besar.
Setelah terjadi erupsi besar, Gunung tertinggi di Pulau Jawa itu pun kemudian akan ‘tertidur’ kembali.
Karakter ini berbeda dengan gunung berapi lainnya, seperti Merapi atau Sinabung.
Dinamika magma dari kedua gunung tersebut bergerak simultan, artinya erupsi dengan intensitas kecil bisa terjadi dalam waktu yang sering.
Itulah mengapa setiap gunung berapi di Indonesia memiliki stasiun pengamatannya sendiri.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR