Intisari-Online.com - Koleksi alat-alat dari batu yang berusia lebih dari 50.000 tahun telah ditemukan di Gua Leang Burung II di pulau Sulawesi, Indonesia.
Meski begitu, para arkeolog masih mencari-cari siapa yang menciptakan peralatan ini sebenarnya.
Melansir The Conversation, (12/4/2018), pada tahun 2016 temuan serupa yang berasal dari 200.000 tahun yang lalu di Sulawesi juga terjadi.
Peralatan tersebut begitu tua dan mungkin milik salah satu dari beberapa spesies manusia.
Mereka bisa saja Homo erectus dan Homo floresiensis, yakni “Hobbit” Flores yang mirip kurcaci.
Atau, mereka mungkin adalah Denisovans, sepupu jauh Neanderthal yang bertemu dengan orang-orang Aborigin awal di Asia Tenggara.
Mereka bahkan mungkin adalah Homo sapiens yang telah keluar dari Afrika jauh sebelum eksodus utama.
Atau mereka bisa menjadi spesies yang sama sekali tidak dikenal.
Bukan saja peneliti tidak tahu siapa penduduk pertama Sulawesi, keberlangsungan hidup mereka juga masih menjadi misteri.
Pada 40.000 tahun yang lalu orang menciptakan seni cadas di Sulawesi.
Mengingat kecanggihan karya seni ini, pembuatnya pastilah Homo sapiens dengan pemikiran modern seperti kita.
Jika penduduk pulau pertama adalah kelompok yang sekarang sudah punah, apakah mereka bertahan cukup lama untuk bertemu dengan budaya modern?
Memecahkan misteri ini tidak mudah di daratan besar seperti Sulawesi.
Leang Burung II adalah tempat perlindungan batu kapur di selatan pulau.
Tempat ini pertama kali digali pada tahun 1975 oleh arkeolog Ian Glover.
Glover menggali hingga kedalaman 3,6 m, menemukan artefak "Zaman Es" yang berusia 30.000 tahun.
Dia juga menemukan, di dasar paritnya, lapisan tanah liat kuning yang berisi peralatan batu yang lebih sederhana dan fosil mamalia besar (megafauna) yang jarang ada di tingkat "Zaman Es" di atasnya (yaitu, lebih muda).
Tetapi sebelum Glover dapat menjelajahi ciri-ciri tempat tinggal sebelumnya ini, dia harus menghentikan penggalian karena terhalang batu-batu besar di parit.
Beberapa dekade kemudian, mendiang Mike Morwood, memutuskan untuk melanjutkan penggalian parit Glover ke batuan dasar.
Dia memiliki firasat bahwa di bawah tanah liat yang tidak bertanggal mungkin ada bukti bahwa manusia purba hidup di Sulawesi hingga waktu yang relatif baru.
Bahkan, Mike mengira nenek moyang para “Hobbit” mungkin berasal dari pulau di utara Flores ini.
Pada tahun 2007 tim Mike (dipimpin oleh arkeolog Makassar Irfan Mahmud) memperdalam parit hingga 4,5m, tetapi penggalian sekali lagi terhenti oleh bebatuan.
(*)