Intisari - Online.com -Indonesia mungkin akan menghentikan ekspor timah di tahun 2024, seperti dikatakan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hal ini dilakukan sebagai bagian dari cara menarik investor masuk ke dalam sumber daya industri pemrosesan dan memperbaiki keseimbangan eksternal Indonesia.
Rencana ini juga sudah ia utarakan sebulan yang lalu, dengan mengatakan Indonesia sedang merencanakan "mengerem" ekspor semua komoditas mentah.
Melansir Reuters, hal itu ia lakukan untuk menciptakan lapangan kerja juga di Indonesia.
Sementara itu mengutip Channel News Asia, Jokowi juga mengatakan pemerintah mungkin menghentikan memperbolehkan ekspor bauksit tahun depan dan bijih tembaga tahun 2023 mendatang.
Jokowi mengatakan jika Indonesia sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara telah terlalu lama menjual komoditas mentah, yang menurunkan pendapatan ekspor lebih besar Indonesia dan mengurangi jumlah lapangan pekerjaan di industri manufaktur.
Upaya untuk menghentikan ekspor komoditas mentah dan menarik investasi di industri hilir akan memperbaiki keseimbangan keuangan negara saat ini lewat perbaikan di perdagangan Indonesia.
Contoh yang ia gunakan adalah dengan melarang ekspor bijih nikel untuk menarik investasi manufaktur baterai EV atau mobil listrik.
"Kami telah memulai dengan nikel. Mungkin tahun depan, kami menghitung, kami mungkin berhenti mengekspor bauksit. Tahun depan kami mungkin bisa menghentikan ekspor tembaga, dan tahun depan menghentikan ekspor timah," ujar Jokowi dalam pertemuan tahunan bank sentral dengan pemegang saham finansial.
Indonesia telah dikenal sebagai pengekspor utama bijih logam, dan telah menghentikan ekspor bijih nikel tahun lalu.
Aksi ini telah memicu melonjaknya investasi, terutama dari China, untuk masuk ke dalam industri pemrosesan nikel.
Di bawah aturan baru, Indonesia memutuskan menghentikan ekspor bauksit dan bijih tembaga, di antara bijih logam lainnya, di tahun 2023.
Masih tidak jelas apakah rencana Jokowi adalah untuk ekspor timah.
Sejak 2018, Indonesia sudah mengharuskan timah dijual dalam produk turunannya dengan kemurnian minimal 95%.
"Kami ingin sumber-sumber daya ini diekspor sebagai barang semi-jadi atau barang jadi, karena apa yang ingin kami tambahkan adalah nilai plusnya," ujar Jokowi.
Larangan dalam ekspor bijih nikel telah membuat Uni Eropa mengeluh masalah ini kepada World Trade Organization, tapi Jokowi mengatakan sengketa ini "bukanlah masalah" dan Indonesia akan melanjutkan menerima investor asing.
Saat ini industri baterai EV menyerap paling banyak nikel, sementara itu pemerintah sedang mempelajari cara mengolah hasil tambang lain untuk industri hilir dengan tujuan jangka panjangnya tidak lagi menjual hasil tambang sebagai hasil tambang saja.
Sementara itu mengutip Reuters, menghentikan ekspor kelapa sawit mentah juga sedang dipertimbangkan pemerintah.
Walaupun begitu, Jokowi menolak menyediakan perkiraan kapan kebijakan ini bisa berlangsung.
Ia mengatakan bulan lalu jika Indonesia tidak akan perlu ekspor kelapa sawit bentuk mentah yang dipakai untuk kosmetik, margarin dan biodiesel.
Indonesia saat ini adalah eksportir terbesar di dunia untuk kelapa sawit, batu bara thermal dan timah.
Indonesia juga pemain eksportir besar dalam komoditi karet dan tembaga.
Sebanyak 34 juta ton ekspor kelapa sawit Indonesia tahun 2020, sebanyak 21 persennya berbentuk mentah (crude palm oil/CPO).