Penulis
Intisari-Online.com - Gerakan 30 September (G30S) menjadi salah satu sejarah kelam Bangsa Indonesia.
Gerakan 30 September berhasil membunuh 7 jenderal Indonesia yang kini kita sebut sebagai Pahlawan Revolusi Indonesia.
Selanjutnya pasukan TNI berhasil menggagalkan upayakudetaG30S/PKIdan mengendalikan situasi Ibu Kota Jakarta.
Kondisi semakin memanas ketika banyak anggota maupun simpatisanPKI yang diburu di seluruh Indonesia.
Perburuan dan penangkapan itu lantas semakin menjadi-jadi.
Namun ada satu momen yang tidak pernah disangka oleh pasukan TNI.
Di mana momen itu dianggap tidak masuk akal bahkan mengarah ke sifat klenik.
Apa itu?
Dilansir dariTribunPalu.com pada Rabu (22/9/2021), ada kejadian aneh yang terjadi di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Pada saat itu,anggota TNI ingin melaksanakan eksekusi mati untuk anggota PKI.
Namunada seorang anggotaPKIyang tak mempan ditembak.
Bahkan anggota PKI itu sama sekali tidak menunjukkan ketakutan padahal sedang menjalani proses eksekusi mati.
Di tengah alun-alun Blora, tawanan tersebut ditembak tepat di keningnya. Namun, ia tidak mati.
Kondisi itu langsung membuatMayor Kemal Idris yang menjadi komandan Batalyon Kala Hitam Divisi Siliwangi bingung.
anak buah Mayor Kemal Idris, seorang komandan peleton (Danton) lantas bertanya, "Ada apa Mayor?"
"Itu tawanan minta mati," tukas Mayor Kemal.
Seolah tidak percaya, Danton itu lalu mengambil pistol danmenempelkannya tepat di kening tawanan tersebut.
"Klik-klik." Tapi pistol sama sekali tak bisa menyalak. Padahal peluru masih penuh.
Dua kali Danton tersebut mengulanginya, namun hasilnya tetap sama. Pistol itu tak mau meletus.
"Kamu punya ilmu ya?" tanya sang Danton.
"Tidak," jawab anggotaPKIyang jadi tawanan tersebut.
Pistol langsungditempelkan lagi ke kening tawanan. Namun kali ini, ketika pelatuk ditarik dan Dorr!
Pistol itu berfungsi.
Sejurus kemudian tawanan itu terjengkang ke belakang dan langsung tewas.
"Rupanya, jawaban "Tidak" dari sang jagoan merupakan kunci pelepasan ilmu kebalnya,"ungkap Mayjen TNI(Purn) Rachwono.
"Sehingga dia mati sesuai permintaannya…," tutupnya.
Pada saat itu, Mayjen TNI(Purn) Rachwono memang ikut dalam Batalyon Kala Hitam saat menggulung sisa-sisa kekuatan PKIMadiun seperti dikutip dalam dokumen pribadinya.