Intisari-Online.com - Rusia dan China dikenal sebagai negara sekutu.
Kedua negara sering terlibat konfrontasi dengan Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS).
Bahkan baru-baru ini Presiden Rusia Vladimir Putinmemuji dukungan mendatang yang akan diberikan pasukan Rusia kepada China.
Hal itu dikatakan olehMenteri Pertahanan RusiaSergei Shoigu.
Perkataan Shoigu disampaikan padaperingatan 20 tahun Perjanjian Kerja Sama Tetangga dan Persahabatan kedua negara tahun ini.
Dilansir dari express.co.uk pada Kamis (25/11/2021), Rusia dan China telah secara resmi memperkenalkan rencana baru untuk strategi militer bersatu.
Dalam panggilan video antara Menteri Pertahanan China Wei Fenghe dan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada hari Selasa, para pemimpin militer telah sepakat.
Bahwa kedua negara menuduh AS melakukangangguan dan sabotase perdamaian dan stabilitas regional.
Sebelum konferensi, Kolonel Senior Shi Yi, juru bicara Kementerian Pertahanan China merilis pernyataan yang mengecamAS.
Ini karena kapal perusak berpeluru kendali USS Milius milik AS melewati Selat Taiwan yang memisahkan daratan China dan Taiwan.
China menganggap sikap AS itu adalah konfrontasi.
"Tindakan pihak AS ini menciptakan risiko keamanan dan merusak stabilitas regional," ungkap Shi Yi.
"Pasukan Komando Teater Timur PLA akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk secara tegas melawan semua ancaman dan provokasi serta menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial China."
Ketegangan di sekitar Taiwan meningkat sejak Presiden China Xi Jinping bersumpah pada 2019 untuk menyatukan kembali Taiwan dengan daratan China.
Bahkan China bisa menggunakan kekuatan jika perlu.
Sebelumnya Washington memutuskan hubungan dengan pemerintah Taipei pada 1979 untuk mendukung Beijing.
Tetapi hubungan keduanya memburukdalam beberapa tahun terakhir.
Soal kapal perangdalam beberapa tahun terakhir, ASmenentang tuduhan tersebut.
Mereka mengklaim USS Milius hanya melewati melalui perairan internasional sesuai dengan hukum internasional.
Bukannya wilayah teritorial China.
"Kapal perang AS telah berulang kali melenturkan otot, membuat provokasi dan menimbulkan masalah di Selat Taiwan atas nama 'kebebasan navigasi.'
"Pihak AS harus segera memperbaiki kesalahannya, berhenti membuat provokasi, menantang garis bawah dan bermain api, dan memainkan peran yang lebih konstruktif dalam perdamaian dan stabilitas regional."
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu membuat tuduhan serupa terhadap Amerika.
"Kami mencatat intensifikasi signifikan dari tindakan penerbangan pembom strategis Amerika di dekat perbatasan Rusia."
"Selama sebulan terakhir, sekitar 30 sorti dilakukan ke perbatasan Federasi Rusia, yang 2,5 kali lebih banyak daripada tahun lalu."
"Ada 10 pembom strategis mempraktekkan opsi untuk menggunakan senjata nuklir melawan Rusia secara praktis secara bersamaan dari arah Barat dan Timur."
Melihat hal itu,Menteri Pertahanan Wei Fenghe memuji mitranya dari Rusia karena berdiri melawan ancaman Amerika.
"China dan Rusia bersatu seperti gunung besar."
“Persahabatan kami tidak bisa dipatahkan."
"Bersama-sama, kami melawan hegemoni AS, dan kami menentang rezim demokrasi palsu AS," tutupnya.