Akibatnya pertempuran pun tidak terelakkan.
Selanjutnya, bersama para pengikutnya, Prabu Siliwangi melarikan diri ke hutan Sancang, di selatan Garut.
Walau begitu, sang putra terus memburunya.
Demi menghindari pertempuran lebih lanjut dengan anaknya, Prabu Siliwangi melakukan moksa dan berubah menjadi Macan Putih.
Sementara para pengikutnya berubah wujud menjadi Macan Sancang.
Akan tetapi kisah itu kental dengan balutan mitos.
Hal itu disampaikan oleh Robert Wessing, antropolog University of Illinois, Amerika Serikat (AS).
Tapi Wessing memahami bahwa kisah moksa Prabu Siliwangi itu berkaitan erat dengan perubahan politik di Jawa Barat.
Di mana sedang ada perubahan dari kerajaan Hindu ke kerajaan Islam pada tahun 1579.
Kisah Prabu Siliwangi juga samar-samar terekam dalam catatan para peneliti.
Para peneliti mengaku kehilangan narasi awal kajian Sunda.
Namun narasi agak lengkap mengenai laku hidup Prabu Siliwiangi bisa Anda temukan dalam beberapa manuskrip pada abad ke-19: Tjerita Prabu Anggalarang, Babad Pajajaran, Babad Siliwangi, dan Wawatjan Tjarios Prabu Siliwangi.
Walau begitu, teks manuskrip itu dianggap kurang sebagai sumber sejarah.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR