Intisari-Online.com - Firaun Akhenaten adalah seorang firaun Mesir yang memerintah selama sekitar 17 tahun antara kira-kira 1353 SM dan 1335 SM.
Ketika dia naik takhta sebagai firaun Mesir, namanya adalah Amenhotep IV.
Tetapi pada tahun keenam pemerintahannya dia mengubahnya menjadi “Akhenaten” sebuah nama yang diterjemahkan oleh mendiang Egyptologist Dominic Montserratyang berarti“Yang baik hati dari Aten.”
Akhenaten adalah putra Amenhotep III dan istrinya Ratu Tiye.
Selama pemerintahan kedua orangtuanya, Mesir memerintah sebuah kerajaan yang membentang dari Suriah, di Asia barat, ke katarak keempat Sungai Nil di Sudan modern.
KetikaAkhenaten naik tahta, adadua hal yang paling dikenang orang-orang tentangnya.
Pertama, tentang perubahan agama Mesir dari pemujadewa Mesir Amun dan demi Mut menjadi Aten (cakram matahariyang mewakili kekuatan ilahi matahari).
Kedua, diamembangun ibu kota yang sama sekali baru di tempat tak berpenghuni, yang sekarang kita sebut Amarna, di padang pasir.
Soal agama, Akhenaten langsungmembangun serangkaian kuil Aten,pembangunannya mungkin dimulai pada tahun pertama pemerintahannya.
Bahkan diatampaknya memiliki pandangan bahwa Aten bukan hanya menjadi dewa tertinggi tetapi satu-satunya dewa.
MasalahnyaAkhenaten tidak mampu meyakinkan semua orang Mesir untuk menaruh harapan spiritual satu-satunya di Aten.
Sementara untukibu kota baru, lokasinya dipilih agar matahari terbitnya memiliki makna simbolis.
Tak lama, ibukota ini dengan cepat tumbuh menjadi sekitar 4,6 mil persegi (kira-kira 12 kilometer persegi).
Sayangnya, menurut penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Antiquity menunjukkan bahwa orang-orang biasa di Amarna menderita kekurangan gizi dan tingkat kematian remaja yang tinggi, bahkan menurut standar waktu itu.
Pertumbuhan anak-anak terhambat, dan banyak tulang yang keropos.
Ini karena kekurangan nutrisi, mungkin karena rakyat jelata hidup dengan diet kebanyakan roti dan bir, arkeolog Anna Stevens mengatakan kepada LiveScience dalam sebuah wawancara pada saat penelitian itu diterbitkan.
Para peneliti juga menemukan bahwa lebih dari tiga perempat orang dewasa memiliki penyakit sendi degeneratif.
Penyababnya mungkin karena mengangkut beban berat, dan sekitar dua pertiga dari orang dewasa ini memiliki setidaknya satu patah tulang.
Kematian Akhenaten
Tahun-tahun terakhir Akhenaten diselimuti misteri.
Apa pun yang terjadi di tahun-tahun terakhir Akhenaten, perubahan agamanya, dan ibukota baru, tidak bertahansetelah kematiannya.
Dalam beberapa tahun setelah kematiannya (yang terjadi sekitar tahun 1335 SM) seorang raja Mesir Kuno baru bernama Tutankhamun, yang sekarang diyakini oleh banyak peneliti sebagai putra Akhenaten, naik tahta.
Selama pemerintahan Tut, Mesir akan kembali ke kepercayaan agama aslinya, Amun dan Mut mengasumsikan tempat mereka di atas jajaran dewa Mesir.
Pada akhirnya, ibu kota yang dibangun Akhenaten ditinggalkan dalam beberapa dekade setelah kematiannya.
Dan dia dijuluki "raja sesat" yang bahkan tidak termasuk dalam beberapa daftar raja Mesir.
Selanjutnya, Tutankhamun akan mengutuk tindakan Akhenaten dalam sebuah prasasti yang ditemukan di Karnak.