Advertorial
Intisari-Online.com - Siapa nama firaun perempuan Mesir yang Anda ketahui?
Sebagian besar pasti menjawab Cleopatra. Terkenal akan kecantikannya, Cleopatramemang merupakan salah satufiraunwanita Mesir.
Namun jika bicarafiraun wanita Mesir terkuat, maka jawabannya adalah Hatshepsut.
Dilansir darilivescience.com pada Minggu (31/10/2021),Hatshepsut adalah firaunwanita Mesir yang memerintah antara 1473 dan 1458 SM.
Namanya berarti "wanita bangsawan terkemuka".
Pemerintahannya relatif damai dan Hatshepsut mampu meluncurkan program pembangunan.
Salah satunya pembangunan sebuah kuil besar di Deir el-Bahari di Luxor.
Dia juga meluncurkan pelayaran laut yang sukses ke tanah Punt, sebuah tempat yang terletak di suatu tempat di pantai timur laut Afrika, di manaparapenduduknya berdagang.
Terlepas dari keberhasilan pemerintahannya, dan penguburan di Lembah Para Raja, monumennya dirusakdirusak setelah kematiannya.
Ini karena fakta bahwa seorang wanita menjadi firaun Mesir sangat tidak biasa.
“Dalam sejarah Mesir pada masa dinasti (3000 hingga 332 SM) hanya ada dua atau tiga wanita yang berhasil memerintah sebagai firaun," tulis ahli Mesir Kuno Ian Shaw dalam bukunya “Exploring Ancient Egypt”.
Ratu untuk Thutmose II
Setelah kematian ayahnya, tahta Mesir diberikan kepada Thutmose II, saudara tiri dan suami Hatshepsut.
Di Mesir kuno, bukan hal yang aneh bagi bangsawan untuk menikah dalam keluarga mereka.
Dalam kehidupan pribadi mereka, pasangan itu memiliki seorang putri bernama Neferure yang akan melanjutkan tugas kerajaan.
Lalu ketika kematian Thutmose II, takhta jatuh ke tangan Thutmose III, anak tiri dan keponakan Hatshepsut.
Tapi karena seorang anaktidak mampu memerintah Mesir, maka tugas dipegang Hatshepsut sebagai wali.
Dia melakukan ini selama tiga tahun sampai, untuk alasan yang tidak diketahui, dia menjadi firaunatas namanya sendiri.
Masalahnya, ketikaHatshepsut memegangtakhta penuh, patung-patung diciptakan namun menggambarkan dia sebagai raja laki-laki.
Bahkan di patung itu dia memilikijanggut.
“Meskipun untuk sebagian besar masa pemerintahannya Hatshepsut digambarkan sebagai seorang raja laki-laki, namun nama dia dibentukdengan participle feminin secara tata bahasa."
"Sehingga secara terbuka mengakui status perempuannya,” tulis Gay Robins dalam artikel 1999 di Jurnal Arkeologi Mesir.
Pelayaran ke Punt
Pelayaran ke Punt (juga dikenal sebagai "tanah Tuhan") merupakan kunci kemenangan hubungan luar negeri selama pemerintahan Hatshepsut.
Punt diyakini terletak di timur laut Afrika, di suatu tempat di daerah Eritrea, Ethiopia dan Sudan selatan.
Orang Mesir telah melakukan perjalanan ke sana selama berabad-abad pada zaman Hatshepsut.
Dengan adanya Punt, maka kehidupan di sana sangat makmur.
Catatan perjalanan kuno menunjukkan bahwa semua kayu harum yang harum di tanah Tuhan, tumpukan damar mur dengan pohon mur segar, dengan kayu eboni, dan gading murni, dengan emas hijau Emu.
Kesuksesan itu tidak pernah diberikan Raja Mesir sebelumnya.
Hatshepsut memang pada akhirnya dimakamkan di Lembah Para Raja. Akan tetapi kerja kerasnya tidak dihormati.
Thutmose IIImenggantikannya dan patung-patungnya dihancurkan.
“Segera setelah kematiannya pada 1457 SM, monumen Hatshepsut diserang, patung-patungnya diseret dan dihancurkan, serta citra dan gelarnya dirusak,” tulis ahli Mesir Kuno Joyce Tyldesley dalam artikel BBC 2011.
Dia berpendapat bahwa ini mungkin merupakan upaya Thutmose III untuk mendapatkan pujian atas beberapa keberhasilan yang dialami Hatshepsut selama pemerintahannya.
Thutmose III ingin dikenal sebagaifiraun terbesar Mesir, bukannya firaun perempuan bernamaHatshepsut.