Intisari-Online.com – Perang Dunia II yang dimenangkan oleh pihak Sekutu rupanya justru membawa dampak negatif bagi bangsa Indonesia.
Belanda yang tergabung dalam pasukan Sekutu menginginkan bekas jajahannya ini kembali ke tangan mereka.
Belanda kemudian menginjakkan kakinya kembali ke Indonesia dengan ‘membonceng’ tentara Inggris yang datang hendak melucuti tentara Jepang.
Nasionalisme rakyat Indonesia yang menolak kehadiran Sekutu mulai diperlihatkan.
Rakyat Indonesia pun berkumpul untuk merapatkan barisan dan menunjukkan sikap untuk berjuang sampai titik darah penghabisan.
Apalagi ini terjadi setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, bagaimana pun, rakyat Indonesia ingin mempertahankan kemerdekaan yang sudah diperoleh.
Perlawanan dengan senjata pun mulai dilakukan.
Tak disangka, seorang perwira Inggris yang menjadi komandan salah satu pasukan, yaitu Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby, tewas.
Mallaby tewas ketika terjadi sebuah pertempuran di Surabaya, Jawa Timur.
Ketika itu rakyat Surabaya mengadang mobilnya di dekat Jembatan Merah, namun hingga kini masih menjadi perdebatan bagaimana tewasnya sang Jenderal ini.
Tewasnya Mallaby tentu saja menyulut kemarahan di pihak Sekutu.
Pada 9 November 1945, Mayor Jenderal Robert Mansergh, Panglima Divisi Infantri India ke-5, mengeluarkan ultimatum melalui selebaran udara kepada rakyat Surabaya.
Pihak sekutu menuntut agar rakyat Surabaya menyerahkan semua senjata yang mereka pegang kepada tentara Sekutu sebelum pukul 06.00 pagi pada hari berikutnya.
Tidak hanya itu, pihak Indonesia pun harus mengangkat kedua belah tangan di atas kepala sebagai pengakuan menyerah kepada pihak Sekutu.
Tentu saja, ultimatum yang diberikan Sekutu tersebut dengan tegas ditolak oleh rakyat Surabaya.
Rakyat Surabaya menolak menyerahkan senjata, apalagi harus mengangkat tangan sesuai isi ultimatum.
Akibat rakyat Surabaya yang menolak ultimatum tentara Sekutu itulah pecah pertempuran dahsyat keesokan harinya, yaitu pada 10 November 1945.
Pada pagi 10 November 1945 sejak pukul 06.00 WIB, pasukan Inggris mulai melancarkan serangan.
Kapal perang mulai menembakkan meriam melalui jalur laut, sedangkan pesawat Thunderbolt menjatuhkan bomnya.
Di tengah-tengah rakyat Surabaya yang melakukan pertempuran, Bung Tomo hadir menggelorakan semangat bagi perjuangan mereka.
Bung Tomo terus memberikan semangat kepada rakyat Surabaya untuk berjuang sampai titik darah penghabisan demi kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia.
Dalam buku The Birth of Indonesia (1948) karya David Wehl, melansir kompas.com, menjelaskan bahwa di pusat Kota Surabaya berlansung pertempuran yang lebih dahsyat.
Mayat manusia, kuda, kucing, dan anjing tergeletak di selokan.
Pecahan kaca, perabotan, kawat telepon yang tak karuan memenuhi jalan hingga gelap gulita.
Ruangan kantor-kantor pun kosong karena pertempuran ini.
Rakyat Surabaya, atas nama kedaulatan Indonesia, menunjukkan semangat pertempuran yang menggelora dan sedikit pun tidak takut menghadapi tank-tank Inggris dan senjata canggih lainnya.
Persenjataan infantri Inggris berupa senapan mesin, mortir, satu skadron tank Stuart, 21 tank Sherman dan Bren Carrier.
Sedangkan artileri Sekutu dilengkapi dengan meriam 25 pound dan Howitser 3,7.
Ada juga meriam kapal Cruiser Sussex dan 4 Destroyer.
RAF sendiri menyediakan 12 Musqoito dan Thunderbolt dengan bom-bom seberat 500 pounds.
Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 itu berlangsung lebih dari tiga minggu.
Tak pelak, kerugian jiwa di pihak Indonesia terbilang banyak bahkan mencapai ribuan jiwa.
Sementara, penduduk yang tidak ikut dalam peperangan harus mengungsi meninggalkan kota Surabaya yang hancur.
Pihak Inggris kehilangan 2 jenderal dan lebih dari 313 perwira mereka tewas.
Untuk mengenang peristiwa pertempuran tersebut, tanggal 10 November pun ditetapkan melalui Keputusan Presiden sebagai Hari Pahlawan.
Pertempuran itu dianggap sebagai sumber inspirasi kepahlawanan bangsa dalam perjuangan pasca-kemerdekaan.
Inilah bukti perjuangan seluruh lapisan masyarakat tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari