Intisari - Online.com -Krisis pangan Korea Utara belum sepenuhnya berhenti dari Juni lalu.
Kini, krisis diperparah karena ekonomi juga runtuh.
Akibatnya negara itu terpaksa berinovasi, lewat mencetak kupon sebagai pengganti uang.
Serta, membiakkan angsa hitam hias untuk dikonsumsi.
Kondisi tersebut dilaporkan oleh Badan intelijen Korea Selatan pada hari Kamis (28/10).
Laporan juga mengungkap bahwa Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyerukan agar setiap butir beras diamankan.
Mata-mata Korea Selatan menilai jika hasil panen Korut lebih baik daripada tahun lalu karena cuaca yang cerah, dan Korut akan mengambil langkah guna membuka kembali perbatasannya dengan China dan Rusia beberapa bulan mendatang.
Beberapa bulan terakhir, Kim Jong-Un mengakui jika situasi pangan negaranya tidak baik-baik saja dan ia meminta maaf atas pengorbanan yang harus dirasakan warga untuk mencegah wabah Covid-10.
Bank sentral dilaporkan sudah mencetak kupon uang senilai USD 1 Dolar karena kekurangan uang kertas won Korea Utara, seperti dilaporkan berbagai media yang mengutip sumber tidak dikenal di Korut.
Sebuah situs web yang dioperasikan oleh pembelot Korea Utara, Rimin-gang, melaporkan kupon telah beredar setidaknya sejak Agustus, sebagian karena kertas dan tinta untuk mata uang resmi tidak lagi datang dari China.
Minggu ini pemerintah Korea Utara mempromosikan konsumsi daging angsa hitam sebagai sumber makanan yang berharga.
Pemerintah juga menjanjikan adanya peternakan skala industri baru yang dipercaya akan membantu meningkatkan kehidupan masyarakat.
"Daging angsa hitam itu enak dan memiliki nilai obat," kata surat kabar partai berkuasa Rodong Sinmun, hari Senin (25/10).
NK News melaporkan bahwa penelitian tentang pengembangbiakan unggas hias untuk makanan telah dimulai pada awal 2019.
Pemerintah juga telah memberi tahu ekolah, pabrik, dan unit bisnis untuk menanam makanan dan memelihara ikan dan hewan lain untuk meningkatkan swasembada.
Kim Jong-Un juga dilaporkan memerintahkan rakyatnya untuk makan sedikit sampai 2025.
Dilaporkan Radio Free Asia, Pyongyang menghimbau warganya berhemat sampai perbatasan dengan China dibuka lagi.
Rakyat juga diharuskan puasa sampai 2025, padahal mereka sudah mengeluh kemungkinan tidak bisa melewati musim dingin, terlebih jika sampai 2025.
Perbatasan Korut ditutup sejak 2020 lalu karena menjaga agar wabah Covid-19 tidak menular.
Hal ini menyebabkan harga kebutuhan pokok naik tajam dan permintaan melebihi pasokan.
Seorang warga di Kota Sinuiju yang tak ingin identitasnya terungkap berujar, situasi pangan mereka sudah memasuki gawat darurat.
Dilansir Daily Mail Kamis (28/10/2021), warga tersebut mengungkapkan setiap hari mereka sudah bergelut dengan kelaparan.
"Saat pemerintah memberi tahu bahwa kami harus makan sedikit sampai 2025, kami tak bisa berbuat apapun kecuali menerimanya dengan putus asa," kata dia.
Di tengah situasi pelik yang dihadapi publik Korea Utara, Kim Jong Un terus menggaungkan pentingnya kemandirian sepanjang tahun ini.
Pesan tersebut makin digaungkan pada Juli, saat Komisi Pusat memerintahkan warga agar menanam kebutuhan pokok mereka sendiri.
Meski begitu, Badan PBB untuk Makanan dan Pertanian (FAO) memprediksi, Pyongyang masih kekurangan sekitar 860.000 ton tahun ini.
"Saat mereka meminta kami bersabar sampai 2025, mereka sama menyuruh kami untuk kelaparan sampai mati," keluhnya.
Sumber kedua sementara itu menerangkan, pemerintah bermaksud menjadikan kelangkaan makanan itu sebagai dampak strategi sukses mereka menangkal corona.
Korut di bawah pimpinan Kim telah mengeluhkan faktor eksternal contohnya sanksi dunia, bencana alam sampai virus Corona sebagai penyebab terjadinya kekurangan pangan.
Cuaca buruk dan bencana alam merusak hasil panen negara tersebut.
Tahun lalu banjir bandang menghancurkan hasil panen penting serta ratusan rumah penduduk.
Tahun ini terjadi hujan di Provinsi Hamgyong Selatan, yang menghanyutkan ratusan hektar sawah dan merusak banyak jembatan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini