Ancaman Gelombang Tiga Covid-19 di Depan Mata, Kota-kota di China Tiba-tiba Masuki Status Pra-Perang dan Negara Tetangga Ini Hadapi Ledakan Kasus Harian Mencapai 5000 Per Hari

May N

Editor

Intisari - Online.com -Kami selaku tim redaksi Intisari menghimbau Anda semua untuk tetap menjaga jarak dan jangan lengah terhadap Covid-19.

Pasalnya, meskipun kasus harian turun dan pasien Covid-19 tidak berjejalan di bangsal-bangsal rumah sakit di Indonesia, ancaman varian baru akibat mutasi virus masih ada.

Ancaman ini jika diremehkan maka bisa meledak seperti gelombang kedua Covid-19 di Indonesia yang saat itu diserang varian Delta.

Banyak negara sudah mulai mencegah varian baru menyerang.

Baca Juga: Leha-leha Saat Covid-19 Sudah Mulai Mereda, Ilmuwan Malah Temukan Varian Delta Sudah Bermutasi, Peneliti Ungkap Seperti Apa Bahayanya?

Seperti yang dilakukan China.

Beberapa kota perbatasan di Timur Laut China mulai memperketat tindakan COVID-19, membatasi perjalanan dan pertemuan di ruang publik, dan beberapa menyatakan mode kewaspadaan dan pemantauan "pra-perang", ketika negara itu memerangi wabah baru.

Melansir Reuters, China melaporkan 23 kasus COVID-19 bergejala yang ditularkan secara lokal untuk Rabu (27/10), data resmi menunjukkan pada Kamis (28/10), turun dari 50 infeksi sehari sebelumnya.

Sehingga, jumlah total kasus menjadi 270 sejak 17 Oktober, ketika wabah baru bergulir.

Baca Juga: Jangan Lengah, Rupanya Kasus Covid-19 Meningkat Tajam di Sejumlah Negara Ini!

Memang angka penularan terbilang kecil, tapi yang mencurigakan adalah penyebaran ke lebih dari selusin wilayah provinsi.

Karena China menerapkan kebijakan tanpa toleransi, maka pejabat lokal terpaksa memperketat pembatasan sosial.

Di Provinsi Heilongjiang di Timur Laut China, yang berbatasan dengan Rusia, Kota Heihe mendeteksi satu kasus lokal plus tiga kasus tanpa gejala pada Rabu.

Kota berpenduduk 1,3 juta itu menyetop kegiatan manufaktur dan bisnis di daerah perkotaan, kecuali yang penting.

Baca Juga: Barang Paling Berbahaya di Dunia Semenjak Ada Covid-19 Ini Ternyata Diekspor dari Negara Tetangga Indonesia ke Seluruh Dunia, Disulap Agar Bisa Dipakai Tangani Pasien Covid-19!

Heihe juga melarang keluarnya orang dan kendaraan di daerah perkotaan, serta menutup sementara pintu masuk ke daerah tersebut.

Penutupan diterapkan untuk alasan yang tidak penting dan menghentikan layanan bus dan taksi.

Selanjutnya penerbangan dari kota dan beberapa layanan kereta api juga dihentikan.

Tingkat vaksinasi China yang tinggi pada prinsipnya akan memungkinkannya untuk beralih ke strategi endemik yang tidak terlalu mengganggu, menurut Julian Evans-Pritchard, ekonom senior China di Capital Economics.

Baca Juga: Indonesia Bisa Cukup Lega Lepas dari Covid-19 Walaupun Masih Harus Berhati-hati, Negara Tetangga Ini Malah Jadi Sorotan Karena Buruknya Penanganan Covid-19, 'Salahkan Presidennya'

Hingga 23 Oktober lalu, 76% dari 1,41 miliar penduduk China telah menerima vaksinasi dosis lengkap.

"Tapi, kehati-hatian ekstrim berlaku," katanya kepada Reuters.

"Pelonggaran apa pun tampaknya tidak mungkin sampai setidaknya setelah Olimpiade Musim Dingin pada Februari tahun depan".

Kota lain yang ada di perbatasan Heilongjiang-Rusia, yaitu Jiamusi, belum melaporkan kasus lokal dalam wabah terbaru.

Baca Juga: Jadi Lokasi Meluasnya Varian Baru, Rusia Catat Rekor Suram Kematian Akibat Covid-19 Lima Hari Berturut-turut

Tetapi, Pemerintah Jiamusi mengatakan, akan dalam status waspada selama seminggu hingga 3 November.

Status itu mengharuskan lokasi wisata untuk melarang wisatawan dari luar Jiamusi, menuntut pembatasan pertemuan, dan menghentikan kunjungan ke panti jompo dan fasilitas kesehatan mental.

Dua kota lain di Heilongjiang, Jixi dan Mudanjiang, berjanji untuk memasuki mode kewaspadaan tinggi dan pemantauan ketat "pra-perang", meskipun belum ada infeksi lokal yang dilaporkan dalam seminggu terakhir.

Beberapa kota kecil di perbatasan Barat Laut dan Barat Daya China, yang memerangi risiko kasus impor yang lebih tinggi dengan sumber daya yang relatif sedikit, telah mengalami gangguan yang lebih parah dari kota-kota kaya dalam upaya China untuk membersihkan infeksi.

Baca Juga: Waspada Jangan Terkecoh dengan Covid-19 yang Mulai Mereda, WHO Malah Bocorkan Skenario Buruk Covid-19 Bahkan Mencapai Tahun 2022

Kasus mengkhawatirkan juga tercatat di negara tetangga Indonesia, Singapura.

Kasus baru Covid-19 Singapura menembus angka 5000 pertama kalinya Rabu (27/10/2021).

Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan 5.324 kasus baru COVID-19, dengan 10 orang lagi meninggal karena komplikasi akibat virus corona.

Kasus kematian Covid-19 menyerang pasien berusia antara 54-96 tahun, semua kasus kematian memiliki berbagai kondisi medis yang mendasarinya, kecuali satu kasus tidak divaksinasi.

Baca Juga: Padahal Seluruh Dunia Pasrah Pilih Hidup dengan Covid-19, Mengapa China Justru Matian-Matian Sendiri Ingin Musnahkan Covid-19 Dari Muka Bumi, Terkuak Ini Alasannya!

Mengutip Channel News Asia, tambahan orang yang meninggal pada Rabu menjadikan angka kematian di Singapura akibat COVID-19 menjadi 349.

Jumlah infeksi baru COVID-19 pada Rabu melonjak dari angka sehari sebelumnya 3.277 kasus.

Di antara kasus baru pada Rabu, 5.312 infeksi ditularkan secara lokal, terdiri dari 4.651 di masyarakat dan 661 di asrama pekerja migran, sisanya 12 kasus impor.

"Kami melihat lonjakan kasus yang tidak biasa ini dalam waktu yang relatif singkat, dan memantau dengan cermat tren selama beberapa hari ke depan," sebut Kementerian Kesehatan Singapura.

Baca Juga: Banyak Negara Termasuk Indonesia Sudah Mulai Bebas dari Virus Corona, Malaysia Malah HadapiKrisis Terburuk Sepanjang Pandemi, Bahkan Miliki9.671 Kematian Sebulan

Tingkat pertumbuhan infeksi mingguan di Singapura pada Rabu adalah 1,15.

Ini mengacu pada rasio kasus komunitas selama seminggu terakhir dibanding pekan sebelumnya.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait