Intisari-Online.com - Seperti halnya berbagai negara di dunia, Indonesia harus berjuang menghadapi pandemi Covid-19 yang telah berlangsung hampir 2 tahun.
Berbagai upaya dilakukan untuk meminimalisir dampak dari situasi pandemi ini.
Bukan hanya pemerintah yang bergerak, tetapi seluruh masyarakat juga turun tangan.
Baru-baru ini, aksi masyarakat Indonesia dalam menghadapi pandemi Covid-19 menjadi sorotan sebuah media yang berbasis di Belanda.
Tagar yang sempat viral di Indonesia 'warga bantu warga', ternyata yang jadi pemicunya.
Globalvoice.org (19/10/2021) menyebut, masyarakat Indonesia telah ikut serta dalam mengisi kesenjangan antara pemenuhan bantuan oleh pemerintah dan permintaan bantuan yang meningkat.
Dilaporkan beberapa peneliti memperkirakan bahwa tingkat kemiskinan Indonesia telah meningkat 12,4 persen selama pandemi ini, dan menggarisbawahi perlunya perluasan program kesejahteraan sosial.
Seiring dengan ekonomi yang menyusut dan hilangnya pendapatan dari pariwisata, pemerintah Indonesia sendiri disebut telah berjuang untuk memenuhi permintaan bantuan yang meningkat.
Sementara itu, masyarakat Indonesia sendiri turut serta dalam upaya menghadapi dampak pandemi bagi ekonomi rakyat, khususnya ketika PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat).
Dengan adanya PPKM seperti yang terjadi pada Maret dan Juni 2021 lalu, berbagai kegiatan ekonomi terpaksa berhenti atau beroperasi dengan batasan-batasan tertentu.
Seperti tutupnya restoran, pusat perbelanjaan, dan layanan lainnya.
Selama periode itu, banyak warga berjuang untuk mencari sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup, terutama pekerja pertunjukan yang rentan dan pekerja di sektor informal.
Tagar #wargabantuwarga dan #Salingjaga menjadi viral awal tahun in, ketika warga di seluruh negeri melangkah untuk saling peduli.
Media sosial digunakan untuk mengatur keuangan, makanan, dan pasokan sumbangan.
Global Voice mengungkapkan, beberapa kelompok bahkan menemukan cara-cara kreatif untuk mendukung masyarakat sambil juga mengatasi masalah sosial yang mengakar, seperti Program Pertukaran Plastik berbasis di Bali I Made Janur Yasa, yang memungkinkan warga untuk menukar plastik dengan beras.
Kelompok yang menggambarkan dirinya sebagai “Gerakan keberlanjutan yang memberdayakan masyarakat untuk mengubah perilaku sampah mereka melalui sistem pertukaran berbasis martabat yang menghasilkan lingkungan yang lebih bersih dan lebih sehat" ini pun mendapat sorotan.
Selain itu, aksi seorang ekonom dan spesialis data di Bali, jackie Pomeroy, juga diulas oleh media Belanda tersebut.
Disebut, upaya akar rumput penting dalam membantu melacak dan melacak COVID-19 di Indonesia.
Jackie Pomeroy, yang telah tinggal di Indonesia selama 15 tahun, membuat halaman Facebook “Bali Covid-19 Update ” dan telah merilis informasi harian tentang tingkat infeksi COVID-19, kematian akibat COVID, berita COVID, tingkat vaksinasi, lokasi vaksin, dan tren data sejak 7 April 2020 — 559 hari berturut-turut (sejak publikasi).
Halaman tersebut memiliki lebih dari 41.000 anggota dan telah menjadi sumber informasi penting bagi banyak orang di pulau yang banyak menjadi tujuan wisata para turis mancanegara itu.
Adanya laman 'KawalCovid19' juga mendapat sorotan, disebut sebagai sebuah organisasi sukarelawan yang merilis statistik harian tentang kasus COVID-19 di Indonesia.
Sejak pandemi Covid-19 semakin berdampak pada kehidupan masyarakat Indonesia, bergagai gerakan memang telah bermunculan.
Rupanya, itu menjadi salah satu hal yang disoroti dunia dari kondisi pandemi di Indonesia.
Masih banyak lagi gerakan masyarakat lainnya, seperti upaya membantu anak-anak yang kehilangan orangtua karena Covid-19, gerakan peduli Nakes, dan lainnya.
(*)