Intisari-Online.com – Ketika itu tanggal 7 Desember 1941, Jepang melakukan serangan keji terhadap pangkalan angkatan laut utama Amerika Serikat di Pearl Harbor.
Serangan yang dilakukan Jepang itu merupakan tindakan untuk memusnahkan sebagian besar Armada Pasifik AS dan berhasil merusak delapan kapal perang yang ada, empat di antaranya tenggelam.
Namun, salah satu aset utama Armada Pasifik tidak ada pada hari itu, yaitu kapal induk.
Entah kebetulan atau tidak, ketika kapal induk sedang melakukan misi lain ketika serangan Pearl Harbor itu terjadi.
Akibat serangan Jepang yang mendadak itu sangat besar, yaitu delapan kapal perang di pelabuhan rusak berat, empat di antaranya tenggelam, serta merusak tiga kapal perusak, dan tiga kapal penjelajah lainnya.
Tidak hanya itu, prajurit AS yang tewas pun berjumlah lebih dari 2.300 jiwa.
Meski gagal menghancurkan kapal induk AS, tetapi Jepang tidak terlalu khawatir, karena mereka memperkirakan bahwa kapal perang itu hanya menjadi senjata penentu di masa lalu.
Namun, Jepang tidak memperhitungkan, bahwa kapal induk yang mereka selamatkan itu yang akan menjadi kehancuran mereka, karena kapal induk itulah alat yang digunakan untuk mengejar Jepang melintasi Pasifik.
Kapal induk yang seharusnya berada di Pearl Harbor pada hari yang buruk itu adalah USS Enterprise.
Satu bulan sebelum serangan, Enterprise yang dikomandai oleh Wakil Laksamana William Halsey Jr. dikirim dalam misi rahasia melintasi Pasifik ke Pulau Wake.
Meskipun serangan di Pearl Harbor adalah salah satu serangan tiba-tiba paling terkenal dalam sejarah, namun hubungan yang memburuk antara Jepang dan AS bukanlah rahasia lagi.
Dalam minggu-minggu menjelang serangan terhadap Pearl Harbor, ketegangan antara AS dan Jepang tinggi.
Tak bisa dipungkiri bila AS khawatir bahwa Jepang akan melancarkan serangan ke wilayah mereka di suatu tempat di Pasifik.
Intelijen AS pada saat itu mengatakan bahwa serangan akan terjadi di Pulau Wake dan akan menjadi kejutan, teknik yang telah digunakan Jepang berkali-kali sebelumnya.
Maka, Pulau Wake pun diperkuat oleh garnisun Korps Marinir, tetapi ini tidak akan mampu menahan serangan skala besar.
Oleh karena itu Halsey ditugaskan dalam misi rahasia pada November 1941, untuk mengangkut bala bantuan Marinir ke Pulau Wake.
Untuk melakukan perjalanan, Halsey pun membawa Enterprise, sembilan kapal perusak, dan tiga kapal penjelajah berat, yang ditunjuk sebagai ‘Gugus Tugas 8’.
Tentu saja, AS tidak ingin Jepang mengetahui misi tersebut, maka Halsey harus berhasil mencapai Pulau Wake tanpa ketahuan.
Dan ini adalah tugas yang sulit, karena tempat ini lebih dekat ke Tokyo daripada ke Hawaii.
Halsey mempersiapkan perangkatnya dalam kondisi perang, sehingga Gugus Tugas 8 berlayar ke Pulau Wake dalam kondisi siap perang.
Pesawatnya dipersenjatai, kapalnya pun menyiapkan senjata dan anak buahnya siap siaga.
Seharusnya tidak ada pelayaran sipil antara Pearl Harbor dan Pulau Wake, Halsey pun mengatakan kepada anak buahnya untuk ‘menenggelamkan kapal yang terlihat, dan menembak jatuh pesawat yang ditemui.’
Halsey dalam keadaan siap untuk memulai perang antara AS dan Jepang.
Halsey dan satuan tugas siap perangnya mencapai pulau Wake tanpa terdeteksi pada tanggal 4 Desember, menurunkan muatan mereka, dan memulai perjalanan pulang.
Gugus tugas itu dijadwalkan tiba kembali di Pearl Harbor pada 6 Desember, itu berarti kapal induk AS itu sedang ‘duduk manis’ ketika Jepang menyerang keesokan harinya.
Namun, rupanya dalam perjalanan pulang, Gugus Tugas 8 menghadapi badai yang akhirnya memperlambat perjalanan mereka dan membelah lapisan kapal perusak, sehingga semakin menunda lebih lama lagi, melansir War History Online.
Rombongan itu diperkirakan tidak akan mencapai Pearl Harbor paling cepat pukul 7.30 pada tanggal 7 Desember.
Itu pun masih tertunda lagi, ketika kapal-kapal itu mengisi bahan bakar, membuat kedatangan mereka ke Pearl Harbor tertunda hingga tengah hari.
Karena kejadian-kejadian yang tidak terduga itu, kapal-kapal di Gugus Tugas 8 tidak hadir saat Jepang menyerang Pearl Harbor, yang memungkinkan mereka bertarung di lain waktu.
Karena Enterprise ternyata masih ada, maka ini akan kembali menghantui Jepang, yang akan terus memeranginya melalui Pasifik.
Pada akhir perang, kapal induk ini telah mengumpulkan 20 bintang pertempuran dan merupakan kapal paling terkenal di AS, yang telah menghancurkan 1.000 pesawat dan menenggelamkan 71 kapal.
Sementara, orang Jepang mengumumkan bahwa mereka telah menenggelamkan USS Enterprise sebanyak tiga kali, namun setiap kali pula kapal ini kembali, hingga mereka memberi nama ‘Hantu Abu-abu’.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari