Intisari-Online.com - Ronin biasanya berarti seorang pengembara.
Seorang ronin mengacu pada seorang prajurit samurai di Jepang kuno yang tidak memiliki tuan.
Di Jepang feodal, menjadi seorang prajurit samurai adalah lambang kesatria dan kehormatan.
Ada berbagai cara bagi seorang prajurit samurai untuk menjadi seorang ronin.
Salah satu caranya adalah ketika tuan kesatria itu mati entah dibunuh, kalah perang, atau bunuh diri.
Pada saat yang sama, ketika tuan prajurit lengser dari kekuasaan atau kalah dalam pertempuran, para prajurit juga kehilangan perlindungan.
Seorang prajurit samurai tanpa tuan dianggap memalukan karena setara dengan pengangguran di era modern saat ini.
Jadi, menjadi ronin di masa Jepang feodal memberikan rasa kegagalan luar biasa.
Salah satu alasan tidak terhormatnya menjadi seorang ronin adalah status mereka yang rendah di masyarakat.
Di Jepang feodal, ronin dianggap sebagai orang gagal tanpa kehormatan.
Menurut Kode Samurai, ketika samurai kehilangan tuannya, mereka harus menunjukkan rasa hormat dengan melakukan bunuh diri hara-kiri.
Metode hara-kiri, juga dikenal sebagai Seppuku, adalah ritual di mana samurai akan bunuh diri dengan menggunakan pisau pendek untuk mengeluarkan isi perutnya.
Cara ini dilakukan dengan menusukkan pisau ke perut, mengiris dari kiri ke kanan, dan kemudian memutarnya ke atas menembus tenggorokan mereka.
Ritual ini dibuat untuk prajurit samurai guna menunjukkan kehormatan kepada tuan mereka yang telah meninggal.
Namun, beberapa prajurit gagal melakukan upacara tersebut, dan kegagalan mereka membuatnya dianggap sebagai pengecut.
Namun, 'kepengecutan' ini menjadi pengecualian bagi '47 ronin.'
47 ronin merupakan 47 samurai setia penguasa Ako, yang dendamnya paling dramatis dalam sejarah Jepang.
Mereka memilihtetap hidup untuk membalas kematian tuan mereka.
Setelah mereka menyelesaikan balas dendam mereka, barulah empat puluh tujuh ronin bunuh diri sepertiaturan Kode Samurai.
Meskipun tindakan mereka melanggar hukum, mereka dianggap sebagai perwujudan kesetiaan dan pelayanan kepada tuan penebang mereka.
(*)