Intisari-Online.com – Dalam kisah peperangan, kita selalu mengetahui orang-orang yang melakukan tindakan heroik.
Konflik yang terjadi menuntut keberanian dari orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Namun, beberapa pria jauh melampaui ‘panggilan tugas’ mereka dan mengambil risiko untuk melayani suatu tujuan atau melindungi individu tertentu.
Para prajurit ini telah berjuang dan mati untuk sebuah prinsip atau pemimpin yang sangat mereka yakini, sehingga mereka siap melakukan pengorbanan terakhir.
Agama telah menjadi penyebab utama dari banyak perang sepanjang sejarah, Perang Salib hanyalah salah satu contohnya.
Ini yang dilakukan oleh para pria pembela negara dan pemimpinnya dengan mengorbankan dirinya sendiri.
1. Selamatkan Paus
Pada tahun 1527, Paus membutuhkan bantuan dan pertahanan, dan penjaga Swiss yang membawanya keluar dari Roma dengan selamat.
Meskipun mereka adalah tentara bayaran atau “tentara sewaan”, namun orang-orang Swiss ini dianggap sebagai pembela terbaik di seluruh Eropa. Mereka itu tabah dan setia.
Mereka adalah pelindung Paus yang paling gigih, jadi ketika Paus Klemens VII memutuskan untuk bersekutu dengan Prancis alih-alih Kekaisaran Romawi Suci, konflik meletus dan para penjaga berlarian.
Roma sendiri tidak memiliki sistem pertahanan yang kuat, sementara Vatikan, rentan.
Ribuan tentara mengamuk di seluruh kota. Target mereka adalah Vatikan, dan Paus berada di balik temboknya.
Orang-orang ini terutama Lutheran, dan memandang iman Katolik sebagai dogmatis dan gagal.
Ribuan tentara ini bertemu dengan 189 penjaga Swiss, yang menahan para penyerbu.
Taktik penundaan mereka memberi Paus dan sekelompok besar pengikut setianya waktu untuk melarikan diri melintasi Passetto di Borgo ke tempat yang aman.
Sebagian besar pria Swiss kehilangan nyawa mereka, tetapi mereka melakukannya karena mereka percaya pada Paus dan bahwa mereka memiliki kewajiban untuk membelanya.
2. Serbuan Kekaisaran Ottoman
Periode dalam sejarah ini melihat gejolak di seluruh Eropa, bukan hanya Italia.
Salah satu ancaman terbesar bagi benua itu adalah Kekaisaran Ottoman, yang masih ingin berkembang pada pertengahan 1500-an.
Salah satu pemimpinnya, Sulaiman Yang Agung, begitu ia dipanggil, memutuskan untuk melakukan upaya terakhir untuk merebut Wina, Austria, meskipun ia berusia 70-an.
Bukan hanya usianya yang akan memperlambatnya.
Pertempuran terakhirnya terjadi di Szigetvar, di mana dia bertemu Count Zrinski di bentengnya.
Hanya memiliki 3.000 pasukan melawan Turki yang memiliki ribuan lebih banyak, Zrinski tidak akan membiarkan penjajah lewat tanpa perlawanan.
Meskipun kalah jumlah, Count Zrinski menahan invasi mereka selama berbulan-bulan.
Alih-alih menyerah, Zrinski akhirnya menyabot pasokan bubuk peledaknya sendiri, menyebabkan benteng terbakar.
Dia memimpin anak buahnya ke dalam panasnya pertempuran sementara benteng terbakar.
Dia sendiri tewas dalam perang tersebut, tetapi strategi tersebut berhasil mencegah invasi Utsmaniyah merebut Wina dan dengan demikian membuat terobosan ke Eropa.
3. Samurai terakhir
Di abad lain, seorang pria yang sangat berbeda bersiap untuk mati demi prinsip dan cara hidupnya.
Dia melakukan pertempurannya yang terkenal, di The Last Samurai, yang dibintangi oleh Tom Cruise.
Pria tersebut adalah seorang prajurit Jepang yang sangat terampil, yaitu Saigo Takamori.
Saigo adalah seorang pemimpin di dunia militer Jepang dan masyarakat luas pada tahun 1800-an.
Perubahan budaya yang cepat, yang dikenal sebagai Restorasi Meiji, membuat Saigo tidak menyetujuinya.
Dia adalah seorang Samurai, dan dia melawan perubahan tersebut.
Tetapi anak buahnya bertempur dengan pedang dan busur, bukan senjata yang sekarang diperlengkapi oleh Tentara Kekaisaran Jepang.
Dua kekuatan yang berlawanan memiliki banyak pertempuran kecil, dan semakin sedikit Samurai yang selamat dari pertempuran ini.
Saigo dan sejumlah kecil pengikutnya, mungkin 500 atau kurang, akhirnya melakukan pertempuran terakhir dengan pasukan pemerintah di Satsuma.
Meski kalah dalam jumlah, tetapi Samurai membuat kerusakan parah pada tentara lawan, meskipun perlengkapannya kurang lengkap.
Ini menjadi pertarungan terakhir Saigo.
Setelah berjam-jam, dia dan teman-temannya terjebak di Shiroyama.
Pemimpin Kekaisaran memiliki sistem penggalian parit yang rumit yang, sehingga menjebak Saigo dan anak buahnya dan mencegah mereka pergi.
Tapi Samurai tidak akan turun tanpa perlawanan. Mereka menyerang langsung ke Angkatan Darat dan Saigo terbunuh.
Untuk menghormati tradisi Jepang kuno, anak buahnya memenggalnya.
Setelah kematiannya, Kaisar mengampuninya.
Tapi orang Jepang memandang kematiannya sebagai kehilangan yang mendalam.
Akhirnya, tentara ‘kelas bawah’, anggapan ketika itu, naik ke tampuk kekuasaan dan Samurai pun diturunkan ke dalam cerita, film, buku, dan legenda.
Lalu, apa yang mendorong seseorang untuk mengorbankan dirinya untuk orang lain, atau suatu tujuan?
Sulit untuk diketahui, tetapi hanya satu sifat yang paling pasti dibutuhkannya adalah tidak mementingkan diri sendiri.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari