Advertorial

Bisa Bikin Pria dan Wanita Sama-sama Mabuk Kepayang saat Melihatnya, Inilah Nakazawa Koto, Samurai Wanita Tercantik Sejagat, Jadi Jomblo Seumur Hidup Justru karena Kemampuan Berpedangnya

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com - Nakazawa Koto adalah samurai wanita dari periode Bakumatsu.

Dia bergabung dengan Roshigumi, Shinshengumi dan kemudian ke pasukan Shinchogumi.

Nakazawa juga bekerja sebagai agen shogun pro-Tokugawa dalam Perang Boshin.

Nakazawa Koto lahir di Provinsi Kzuke.

Dia sangat terampil dalam seni bela diri sejak kecil, terutama dalam Kenjutsu.

Pada tahun 1863, dia pergi ke Kyoto dengan berpakaian seperti seorang pria mengikuti kakaknya, Sadamasa yang berpartisipasi dalam kelompok Roshigumi di Kyoto.

Baca Juga: Inilah Perlengkapan yang Digunakan Para Samurai, dari Pedang Panjang yang Menakutkan Hingga Kipas Pemberi Sinyal Pesan

Dia memiliki tinggi 170cm, yang relatif tinggi untuk seorang pria Jepang pada waktu itu, jadi ketika melapor ke petugas Shogun Kyoto, Dia dianggap seorang pria.

Dia kemudian ikut mandaftar dalam kelompok pembela Kyoto yang dipimpin oleh Kyokawa Hachir.

Meskipun Roshigumi didanai oleh Tokugawa Bakufu, pemimpin Kyokawa Hachir dan yang lainnya memiliki loyalitas yang kuat kepada kaisar dan berencana untuk mengumpulkan ronin lain di Kyoto untuk mengawasi kota dari para pemberontak.

Pada 26 Maret 1863, Kiyokawa memimpin Roshigumi keluar dari Edo sebagai garda depan prosesi Shogun Iemochi ke Kyoto, mereka tiba pada 10 April 1863.

Baca Juga: Kisah Takayama Ukon, Samurai Kristen yang Hebat, Berjuang untuk Agama dan Negaranya dengan Tetap Pertahankan Nilai-nilai Samurai Sampai Akhir Hayat

Ketika skema Kyokawa terungkap di Kyoto, dia segera memerintahkan Roshigumi untuk kembali ke Edo.

Para anggota dibubarkan dan kemudian kembali ke Edo, Nakazawa Koto dan perwira lainnya pergi ke Edo (Tokyo) dan kemudian menjadi anggota pendiri Shinchogumi.

Perang Boshin

Nakazawa dan saudara laki-lakinya bergabung dengan pasukan keshogunan Edo, Shinchogumi.

Selama krisis antara kekaisaran dan Keshogunan Tokugawa, Koto bersekutu dengan Tokugawa dalam Perang Boshin.

Salah satu penyebabnya adalah deklarasi Kaisar Meiji yang menghapuskan keshogunan yang berusia 200 tahun dan memberlakukan perintah langsung dari istana kekaisaran.

Baca Juga: Inilah 11 Klan para Samurai dari Sejarah Berdarah Samurai Jepang, Salah Satunya Kepalanya Bahkan Dijadikan ‘Suvenir’ Mengerikan yang Diawetkan dan Dipajang di Kyoto

Aksi militer oleh pasukan kekaisaran dan aksi kekerasan oleh pendukung Meiji di Edo membuat Shogun Tokugawa Yoshinobu melancarkan serangan untuk mencoba menguasai istana di Kyoto.

Catatan sejarah menunjukkan bahwa selama Perang Boshin, Nakazawa Koto berkumpul untuk membela keshogunan dari serangan klan Satsuma dan Ogi (Aliansi Satcho) di Edo pada tahun 1568.

Setelah serangan ini, dia dan saudara laki-lakinya bergabung dalam Pertempuran Hokuetsu.

Selama pertempuran ini Nakazawa Koto dikepung oleh selusin samurai musuh.

Baca Juga: Kisah Kawakami Gensai, Battousai alias Pembantai Terhebat, Samurai Jepang yang Inspirasi Karakter Kenshin Himura dalam Serial Samurai X, Sayang Akhir Hidupnya Tragis

Nakazawa telah mematahkan pengepungan penyerangnya dengan secara tegas membela diri dengan katananya dan kemudian menekan atasenya.

Sementara Nakazawa Koto bekerja sebagai anggota Shinchogumi, dia selalu berpakaian seperti laki-laki, bahkan setelah petugas mengetahui identitas aslinya.

Koto bukan hanya pendekar pedang yang hebat; konon dia memiliki kecantikan yang luar biasa yang selalu membuat banyak orang terkesan.

Sebuah kisah yang ditulis tentang dia mengatakan: "Ketika Nakazawa berpakaian sebagai seorang pria, banyak wanita jatuh cinta padanya. Ketika Koto berpakaian sebagai seorang wanita, banyak pria yang jatuh cinta padanya."

Baca Juga: Peristiwa Rengasdengklok dan Saat Bung Hatta Marah-marah: 'Apakah Itu Janji dan Perbuatan Seorang Samurai?!'

Dia bangga sebagai pendekar pedang wanita, jadi dia memutuskan dia hanya akan menikahi pria yang bisa lebih kuat darinya.

Namun, tampaknya tidak ada pria hidup yang bisa mengalahkannya dalam duel, jadi dia tetap melajang sepanjang hidupnya.

Dia meninggal pada tanggal 12 Oktober 1927.

Makamnya terletak di Distrik Tone, Gunma, tempat dia dilahirkan, banyak orang mengunjungi makamnya hingga hari ini.

(*)

Artikel Terkait