"Hal ini disebabkan penurunan laju produksi gas di salah satu lapangan," katanya.
"Kami sedang bekerja untuk mengembalikan kinerja sumur dan mudah-mudahan pada November nanti, produsen West Natuna Transportation System sudah bisa memasok gas sesuai dengan permintaan Singapura," jelasnya.
Wiratno mengatakan saat ini distribusi gas rata-rata mencapai 305 miliar British thermal unit per hari.
Gangguan pada bulan Juli terutama disebabkan oleh penghentian yang tidak direncanakan di lapangan Anoa dan pemeliharaan terencana di lapangan Gajah Baru, keduanya terletak di Natuna.
Produksi di Natuna turun 27,5% dari puncak sebelumnya menjadi 370 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), kata juru bicara SKK Migas Rinto Pudyantoro.
Output dari Sumatera sekitar 360 MMSCFD versus dataran tinggi pada 2018 sebesar 420 MMSCFD, kata Pudyantoro.
Sementara itu, dikutip Kompas.com (20/10/2021), langkah antisipasi untuk menjaga pasokan energi di Negeri Singa diambil Otoritas Pasar Energi Singapura (EMA), termasuk menyiapkan fasilitas bahan bakar siaga untuk digunakan oleh perusahaan pembangkit guna menghasilkan listrik jika diperlukan.
Disebut, langkah-langkah itu “luar biasa tetapi perlu”. EMA juga menyatakan, akan terus memantau perkembangan dan melakukan langkah-langkah lebih lanjut jika diperlukan.
(*)
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR