Intisari-Online.com -Intelijen Amerika Serikat tengah terkejut sejadi-jadinya usai mengetahui musuh besarnya, China, telah menguji coba senjata baru.
Senjata yang dimaksud adalah rudal hipersonik berkemampuan nuklir yang memiliki kemampuan untuk mengelilingi dunia sebelum meluncur menuju sasarannya.
Rudal ini juga memiliki kemampuan luar biasa berupa bisa meluncur dalam orbit rendah.
Kabar ini sendiri merujuk pada laporan Financial Timesyangmengutip lima sumber yang tidak disebutkan namanya.
Mengenai akurasinya, tiga sumber meyakini rudal hipersonik tersebut meleset sekitar 24 mil dari target.
Namun, dua sumber lain justru mengatakan bahwa senjata tersebut sudah mengalami kemajuan luar biasa yang tidak terbaca oleh petinggi AS.
Uji coba ini secara jelas semakin menampar wajah AS yang selama ini selalu memandang sebelah mata proyek modernisasi militer China.
"Kami benar-benar tidak habis pikir bagaimana mereka melakukan ini," kata salah seorang saksi, seperti dilansirFinancial Times, Minggu (17/10/2021).
Sebenarnya, AS dan Rusia juga diketahui sama-sama tengah mengembangkan rudal hipersonik.
Begitu pula dengan Korea Utara yang mengklaim telah berhasil melakukan uji cobasenjata serupa.
Begitu pula dengan China, seperti dilaporkanReuters, yang pernah memamerkan rudal hipersoniknya, DF-17, saat parade militer.
Namun, khusus uji coba terbaru mereka, China belum memberikan pernyataan resmi, bahkan Kementerian Pertahan China tidak menanggapi pertanyaan yang diajukan olehReuters.
Lalu, apa sebenarnya yang membuat intelijen AS benar-benar terkesiap oleh uji coba rudal hipersonik terbaru China tersebut?
Sebelum membahasnya lebih jauh, kita pahami dulu bahwa rudal hipersonik mampu terbang dengan kecepatan lima kali kecepatan suara, lebih lambat dari rudal balistik.
Tapi, ada yang membuatnya mengerikan, yaitu mereka tidak meluncur mengikuti lintasan parabola seperti rudal balistik, melainkan mampu melakukan manuver.
Hal inilah yang membuat rudal-rudal hipersonik akan sangat sulit untuk dilacak dan dihentikan sebelum mencapai target.
Taylor Fravel, seorang ahli kebijakan senjata nuklir China yang tidak mengetahui tes tersebut, mengatakan bahwa rudalhipersonik yang dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir dapat membantu China "meniadakan" sistem pertahanan rudal AS yang dirancang untuk menghancurkan rudal balistik.
“Rudal hipersonik . . . terbang pada lintasan yang lebih rendah dan dapat bermanuver dalam penerbangan, yang membuat mereka sulit dilacak dan dihancurkan,” kata Fravel, seorang profesor di Massachusetts Institute of Technology.
Fravel kemudian menambahkan bahwa uji doba tersebut akan "mengguncang" AS jika China benar-benar mengembangkan dan menggunakan senjata semacam itu.
Sasaran pertama yang paling rentan untuk menjadi korban rudal hipersonik tersebut adalah Taiwan.
Ketegangan di antara kedua negara ini bisa saja membuat China memilih untuk menggunakan senjata nuklirnya tersebut.
Sasaran lain, yang patut untuk dicemaskan oleh AS, jelas adalah negaranya sendiri.
Sebab, rudal hipersonik yang diuji coba tersebut secara teori mampu untuk terbang melintasi kutub selatan, untuk kemudian menyasar AS.
Hal ini akan membuat sistem pertahanan udara yang dimiliki AS nyaris jadi sia-sia karena selama ini hanya difokuskan pada rute kutub utara.
Pentagon enggan untuk mengomentari laporan itu tetapi menyatakan keprihatinan tentang China.
“Kami telah memperjelas kekhawatiran kami tentang kemampuan militer yang terus dikejar China, kemampuan yang hanya meningkatkan ketegangan di kawasan dan sekitarnya,” kata John Kirby, juru bicara.
“Itulah salah satu alasan mengapa kami menganggap China sebagai tantangan langkah nomor satu kami.”