Intisari-Online.com - Kesepakatan yang dibuat Australia bersama Amerika Serikat dan Inggris beberapa waktu lalu membuat ketar-ketir dunia, khususnya negara tetangga Australia.
Melalui kesepakatan AUKUS (Australia-United Kingdom-United States), digadang-gadang Australia bakal punya kapal selam nuklir.
Amerika disebut akan memberikan teknologi dan kemampuan kapal selam bertenaga nuklir untuk Australia.
Kemitraan itu diumumkan secara virtual oleh Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison, Rabu (15/9/2021).
Negara-negara tersebut akan membangun kerja sama keamanan di kawasan tersebut untuk mengimbangi pengaruh China yang terus meningkat.
Menurut South China Morning Post (3/10/2021), Akuisisi kapal selam nuklir Australia sendiri kemungkinan akan mengubah lanskap kekuatan maritim di perairan dekat China, termasuk Laut China Selatan.
Kesepakatan AUKUS disebut akan membantu Australia memperoleh delapan kapal selam bertenaga nuklir (juga dikenal sebagai SSN, menurut klasifikasi lambung Angkatan Laut AS).
Bagaimana perubahan yang akan terjadi pada angkatan laut Australia?
Dengan memperoleh kapal selam tersebut, akan membantu meningkatkan kekuatan angkatan laut Australia dan menutup kesenjangan antara angkatan lautnya dan Cina.
Australia akan menjadi negara kedua yang mendapatkan akses ke teknologi nuklir AS, setelah Inggris pada tahun 1958.
Saat ini ada enam negara yang mengoperasikan kapal selam nuklir, yang kurang rentan terhadap deteksi musuh.
Menurut Wu Riqiang, seorang profesor studi internasional di Universitas Tsinghua (Cina), setelah Australia memiliki kapal selam nuklir, lanskap kekuatan maritim di kawasan Indo-Pasifik akan berubah.
Sementara itu, satu risiko yang tidak dapat diabaikan adalah risiko kemungkinan tabrakan yang tidak disengaja dengan kapal selam China.
"Kapal selam yang dibeli Australia tentu saja akan meningkatkan kapasitas angkatan lautnya.
"Pembelian kapal selam nuklir oleh Australia tentu akan meningkatkan risiko konflik di sepanjang rantai pulau pertama, seperti di Laut Cina Selatan. Laut Timur," menurut Wu.
"Saya pikir penambahan kapal selam Australia dan Amerika akan meningkatkan ancaman terhadap kapal selam China,
"Mungkin ada lebih banyak kegiatan pengintaian intelijen, yang dapat meningkatkan kemungkinan tabrakan di masa depan," katanya.
Baca Juga: Kisah Medusa yang Dikutuk Berambut Ular, Kepalanya Dianggap sebagai Monster dan Jimat Pelindung
Kantor Intelijen Angkatan Laut AS memperkirakan bahwa armada kapal selam China akan tumbuh menjadi 76 pada tahun 2030.
AS saat ini mengoperasikan 68, yang semuanya adalah kapal selam nuklir.
“Ini seperti insiden yang terjadi antara AS dan Inggris dan Uni Soviet selama Perang Dingin. Dengan lebih banyak kapal selam nuklir dan dengan sistem aliansi," katanya.
Terkait hubungan Australia dan China, Australia sendiri telah lama menghindari memilih pihak antara China dan AS.
Tetapi, baru-baru ini sikap Australia terhadap Beijing mengeras dengan ketegangan yang meningkat tahun lalu.
Ketika itu, Canberra menyerukan penyelidikan tentang asal mula pandemi COVID-19, dan kemudian terjadi serangkaian sanksi balasan China terhadap ekspor Australia.
Akademisi Australia telah memperingatkan ancaman militer setelah modernisasi militer China yang meningkat dan perluasan kekuatan maritimnya.
Sementara prospek China mengambil tindakan militer terhadap Australia masih merupakan prospek yang jauh, dan masih perlu diperhatikan mengingat Beijing memiliki kemampuan militer dan industri untuk menyebarkan rudal jarak jauh.
Ancaman dari China mungkin lebih besar daripada yang dilakukan Jepang terhadap Australia selama Perang Dunia II.
"Begitu Australia memperoleh kapal selam nuklir, keseimbangan militer jangka panjang di kawasan itu akan berubah," kata Michael Shoebridge, direktur pertahanan, strategi dan keamanan nasional di Australian Strategic Policy Institute.
Sementara menurut seorang pakar militer yang dekat dengan militer China, Australia melangkah ke garis depan dengan menjadi bagian dari sarana militer yang digunakan AS untuk menahan Beijing di Laut China Selatan.
Baca Juga: Modal Segenggam Beras dan Irisan Lemon, Panci Gosong pun Kembali Kinclong, Begini Caranya!
"Setelah meningkatkan kekuatan militer Australia, langkah selanjutnya bagi AS adalah dengan kuat mempromosikan peran Australia di Laut China Selatan," tambahnya.
Menurutnya, meskipun Australia adalah pembeli kapal selam, ada kemungkinan bahwa AS akan menjadi pihak baru yang menggunakannya untuk meningkatkan kekuatan keseluruhan Washington di Pasifik Barat.
Ia menambahkan, bahwa itu akan menandai awal dari perubahan besar di kawasan Asia-Pasifik.
Kesepakatan AUKUS sendiri telah mendapatkan tanggapan dari berbagai negara, termasuk Indonesia, yang mengingatkan Australia agar tetap menjaga perdamaian di kawasan dan bahwa kesepakatan tersebut bisa memprovokasi kekuatan lain untuk bertindak lebih agresif.
(*)