Perusahaan patungan yang dipimpin raksasa energi Woodside, berpendapat, perpipaan gas ke Timor Leste tidak layak secara ekonomi karena jalur pipa harus melintasi ceruk bawah laut sedalam lima kilometer.
Namun Dili bersikukuh dengan rencananya.
Mereka ingin mengembangkan Greater Sunrise secepat mungkin, karena negara itu sangat bergantung pada pendapatan migas, sementara cadangan migas mereka saat ini diperkirakan akan habis dalam satu dekade.
Wakil Perdana Menteri Timor Leste Agio Pereira mengatakan, kedua negara sekarang akan melanjutkan pembicaraan mengenai pengembangan Greater Sunrise.
"Negosiasi ini sangat sulit. Memang tidak mudah. Dan penting bagi Australia dan Timor Leste untuk mencapai keberhasilan," katanya.
Untuk melancarkan urusan ini, Timor Leste bekerja sama dengan DLA Piper.
Firma tersebut telah menyediakan lebih dari sepuluh pengacara untuk penempatan jangka panjang sejak 2008 untuk bekerja dengan Pemerintah dalam inisiatif pembangunan bangsa.
Perusahaan tersebut telah memberikan nasihat kepada Pemerintah Timor Leste secara komersial, mengenai sejumlah masalah internasional, termasuk sehubungan dengan Greater Sunrise.
Melansir Reuters, mereka mematok tarif Rp19 juta per jam untuk setiap layanan hukum yang disediakan berdasarkan kontrak.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR