"Biarkan istri kita mati sebelum mereka dianiaya, dan anak-anak kita sebelum mereka merasakan perbudakan."
"Setelah kita membunuh mereka, marilah kita saling memberikan manfaat mulia itu satu sama lain, dan menjaga diri kita sendiri dalam kebebasan, sebagai monumen pemakaman yang luar biasa bagi kita."
"Tapi pertama-tama mari kita hancurkan uang dan benteng kita dengan api; karena saya sangat yakin bahwa ini akan menjadi kesedihan besar bagi orang Romawi, bahwa mereka tidak akan dapat menguasai tubuh kita, dan kekayaan kita."
(Josephus, Perang Yahudi, VII, 8.6)
Para pembela dibujuk oleh pidato Eleazar, dan mereka segera melakukan bunuh diri massal.
Orang-orang Sicarii begitu setia kepada pemimpin mereka sehingga 960 dari mereka melakukan bunuh diri atau membunuh mereka yang memilih untuk tidak mematuhi perintah.
Beberapa berpendapat bahwa itu bukan bunuh diri, tetapi mereka membuat kesepakatan untuk saling membunuh.
Meskipun orang mungkin mempertanyakan keakuratan catatan Josephus tentang pengepungan Masada (dan memang seharusnya demikian), cerita ini memiliki dampak yang lebih besar daripada yang diperkirakan.
Keputusan yang diambil oleh para pembela Masada dapat dilihat dari sudut pandang simbolis.
Di satu sisi, keputusan untuk bunuh diri dapat dibaca sebagai perjuangan sampai akhir yang pahit melawan musuh yang keras kepala, dan lebih memilih kematian daripada perbudakan.
Oleh karena itu, para pembela Masada dipandang sebagai pahlawan.
Di sisi lain, keputusan ini dapat dianggap sebagai penghancuran yang dilakukan terhadap orang-orang yang tidak bersalah, terutama perempuan dan anak-anak.
Dengan demikian, para pahlawan sekarang dipandang sebagai ekstremis.
Pandangan yang berbeda ini penting, terutama jika berkaitan dengan suatu bangsa, karena kisah Masada telah memecah belah orang Israel mengenai pandangan mereka tentang negara dan kebijakannya saat ini.
Sementara kisah Masada penting bagi orang-orang Israel dalam pandangan yang diwakilinya, negara-negara lain juga memiliki kisah mereka sendiri.
(*)
Source | : | ancient origins |
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR