Bertindak di Belakang Presiden AS, Petinggi Militer Amerika Ini Diam-Diam Nekat Menghubungi China Saat Donald Trump Berkuasa, Bahkan Sampai Dicap Penghianat

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Dalam pernyataan sebelumnya, mantan Presiden Donald Trump bersikeras dia tidak mengetahui panggilan telepon tersebut.
Dalam pernyataan sebelumnya, mantan Presiden Donald Trump bersikeras dia tidak mengetahui panggilan telepon tersebut.

Intisari-online.com - Meski didepan China dan Amerika sering lempar kritikan bahkan sampai lakukan provokasi melalui media.

Ternyata, diam-diam di belakang layar ada komunikasi rahasia yang dilakukan petinggi militer AS, dengan pejabat China.

Ini diungkapkan oleh Jenderal Mark Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan AS, pada Selasa (28/9/21).

Ia bersaksi di depan Kongres AS, tentang panggilan telepon kontroversial dengan China masalah Afghanistan.

Baca Juga: Berkedok Penelitian Bawah Laut dengan Robot Canggih Ini, Siapa Sangka Tindakan China Ini Bisa Saja Modus Untuk Tujuan Militer Berbahaya Ini

Pada pembukaan sidang, Jenderal Milley mengatakan bahwa dia bertindak sesuai dengan kewenangannya dalam dua panggilan telepon dengan militer China.

"Saya tidak pernah dengan sengaja atau mempengaruhi proses perubahan, hanya melakukan hal yang benar untuk menasihati dan memastikan presiden mendapat informasi lengkap," kata Milley, menurut CNN.

Jenderal Milley mengkonfirmasi bahwa dua panggilan telepon dengan pihak China untuk mengkonfirmasi bahwa AS tidak akan menyerang secara militer adalah "tepat".

Banyak pejabat dalam pemerintahan Presiden Donald Trump pada waktu itu juga diberitahu.

Baca Juga: Masih Hangat Menteri Investasi Setujui Gelonggongan Dana Investor China, Akal Bulus China Ketahuan Ingin Rebut Wilayah Natuna yang Kaya Akan Gas Alam Belum Terpakai Ini, Lihat Aksi Militer Ganasnya!

"Saya telah memberi tahu Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, Kepala Staf Gedung Putih Mark Meadows," katanya.

"Tepat setelah itu, saya mengadakan pertemuan dengan Penjabat Menteri Pertahanan Chris Miller, memberitahukan panggilan itu," kata Jenderal Milley kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat.

Dalam pernyataan sebelumnya, mantan Presiden Donald Trump bersikeras dia tidak mengetahui panggilan telepon tersebut.

Dengan mengatakan bahwa Jenderal Milley telah "melakukan pengkhianatan" dengan bertindak di belakang Presiden AS.

Pada tanggal 28 September, Jenderal Milley bersaksi di depan Kongres AS dengan Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan Jenderal Frank McKenzie, pemimpin Komando Pusat.

Selain mengklarifikasi panggilan telepon yang kontroversial, fokus sidang adalah pada masalah di Afghanistan setelah penarikan AS.

Baik Jenderal Milley dan McKenzie menegaskan bahwa perang melawan teror dan perang di Afghanistan belum berakhir, meskipun AS tidak memiliki pasukan di lapangan.

Baca Juga: Rencana Kapal Selam Nuklir Australia Bikin China Mencak-Mencak, Pejabat Tinggi China Ini Bongkar Bahaya Aliansi AUKUS Bagi Dunia

Jenderal Amerika ingin mempertahankan 2.500 tentara di Afghanistan.

Tetapi Presiden Joe Biden menuntut penarikan penuh pasukan, yang menyebabkan cepatnya runtuhnya pemerintah Afghanistan yang didukung AS.

Jenderal Milley mengatakan bahwa kredibilitas Amerika Serikat rusak setelah penarikan yang kacau, menyebabkan semua sekutu NATO meninggalkan Afghanistan.

"Saya pikir kredibilitas Amerika dengan sekutu dan mitranya menderita. Musuh akan meneliti gerakan AS. Saya pikir kami menderita karena keputusan untuk mundur," kata Jenderal Milley.

Para jenderal AS mengakui bahwa perang melawan ISIS dan al-Qaeda sekarang akan jauh lebih sulit.

Artikel Terkait