Tetapi, dokumen Departemen Luar Negeri yang baru mengumumkan untuk pertama kalinya bahwa ada pengambilan keputusan Administrasi Eisenhower, makalah kebijakan internal dan laporan pertemuan di mana operasi rahasia direncanakan dan diluncurkan.
Direktur CIA saat itu, Allen Dulles, duduk di semua sesi strategi utama, mencoba mengatur detail sehari-hari dari tanah Asia yang dilihatnya melalui mata Barat.
Pada satu titik, dia mengatakan kepada Dewan Keamanan Nasional: “Sebagai rakyat, orang Indonesia sering banyak bicara, disertai dengan sangat sedikit tindakan.”
Pada tahun 1959, ketika menjadi jelas bahwa para pemberontak akan gagal, Eisenhower mengubah arah.
Alih-alih mendukung para pemberontak, ia memutuskan untuk memberikan dukungan AS kepada tentara reguler Indonesia yang telah memerangi mereka.
Harapan, para pemimpin militer akan memberikan penyeimbang bagi Soekarno dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Dalam jangka panjang, strategi itu lebih efektif.
Pada tahun 1965, di tengah upaya kudeta yang misterius, para pemimpin militer Indonesia yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto mengambil alih negara, dan secara bertahap menurunkan Soekarno dari kekuasaan.
Soeharto lantas menjadi presiden Indonesia.
Sejarah Departemen Luar Negeri berakhir pada tahun 1960, dan tidak ada bukti tentang peran CIA dalam perebutan kekuasaan militer tahun 1965.
Direktur CIA memanggil eksekutif, agar berusaha untuk menjaga agar berita tersebut tidak dipublikasikan.
Tapi, peran Eisenhower semakin jelas dan nyata saat dokumen-dokumen lampau perlahan dibuka.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR