'Bukan Kapal Selam atau Mesiu', China Mendadak Teriak-teriak Soal Rencana Australia yang Dianggap Merusak Perdamaian Dunia, Beberkan Ini yang Dibutuhan Asia-Pasifik

Khaerunisa

Editor

Intisari-Online.com - Baru-baru ini, tiga negara yaitu Amerika Serikat (US), Australia, dan Inggris (UK) atau AUKUS terlibat kesepakatan terkait proyek kapal selam nuklir.

Kesepakatan itu pun membuat heboh negara-negara di dunia, terutama negara tetangga Australia.

Rupanya China ikut merespon dengan keras tercapainya kesepakatan AUKUS.

Melansir Express.co.uk (22/9/2021), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China memperingatkan bahwa Asia-Pasifik tidak membutuhkan "kapal selam dan bubuk mesiu", mengacu pada kesepakatan AUKUS.

Baca Juga: Pantas Petantang-petenteng Dukung Pakta AUKUS, Ternyata Filipina Sudah Punya Beking, Bahkan Sudah Siapkan 81 Bidadari Demi Lindungi Wilayahnya di Laut China Selatan

Juru bicara tersebut percaya bahwa perjanjian trilateral baru antara AS, Inggris, dan Australia merusak perdamaian di kawasan itu.

Zhao Lijian berpendapat bahwa perjanjian baru antara ketiga negara malah lebih memajukan perlombaan senjata.

Ia pun percaya perjanjian itu lebih banyak merugikan daripada membawa kebaikan.

Alih-alih kapal selam, ia mengatakan kawasan Asia-Pasifik lebih butuh lapangan kerja terkait kondisi perekonomian di tengah pandemi.

Baca Juga: Nanti Malam Harus Coba, Cuci Muka dengan Seledri Sebelum Tidur, Bisa Sehatkan Kulit Wajah!

“Menghadapi tantangan bersama dalam memerangi epidemi dan pemulihan ekonomi, orang-orang di kawasan Asia-Pasifik membutuhkan pertumbuhan dan lapangan kerja, bukan kapal selam dan bubuk mesiu," ungkapnya di Beijing setelah pengumuman AUKUS.

"Negara-negara yang bersangkutan harus berbuat lebih banyak untuk membantu perdamaian dan pembangunan regional," imbuhnya.

Lijian telah mengkritik perjanjian AUKUS dalam seminggu terakhir, dan menggambarkan perjanjian itu sebagai "sangat tidak bertanggung jawab".

Namun, sebagai bagian dari perjanjian, ketiga negara itu sendiri telah berkomitmen untuk “Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka”.

Baca Juga: Dihujani Kritikan Usai Sebut 'Semua Agama Benar di Mata Tuhan', Pangkostrad Dudung Abdurachman Tiba-tiba Kunjungi Perbatasan Indonesia-Timor Leste, Singgung Soal Konflik Lama

Negara-negara tersebut akan membangun kerja sama keamanan di kawasan tersebut untuk mengimbangi pengaruh China yang terus meningkat.

Di bawah kerja sama itu disepakati akan diberikan teknologi dan kemampuan kapal selam bertenaga nuklir untuk Australia.

Dengan begitu, Australia akan menjadi negara kedua setelah Inggris pada 1958 yang diberi akses ke teknologi nuklir AS untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir.

Seiring dengan pandangan Beijing, keluhan lain tentang perjanjian AUKUS juga datang dari Malaysia.

Baca Juga: Detik-detik Peristiwa G30S PKI Mohammad Hatta Dicoret dari Daftar Target, Akhirnya 7 Jenderal yang Jadi Sasaran

Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob juga secara vokal menunjukkan kekhawatirannya tentang perjanjian trilateral tersebut.

Ia pun percaya bahwa perjanjian itu akan "memprovokasi kekuatan lain untuk bertindak lebih agresif di kawasan, terutama di Laut Cina Selatan".

Sementara Kementerian Luar Negeri Indonesia telah menyatakan keprihatinan mereka tentang kesepakatan AUKUS.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri menyampaikan bahwa Indonesia mendorong Australia tetap memenuhi kewajibannya menjaga perdamaian, stabilitas, dan keamanan kawasan.

Baca Juga: Akhiri Segera Penderitaan Karena Ambeien, Gunakan Saja 7 Tanaman Obat Ini untuk Sembuhkan Ambeien Secara Alami!

Selain itu, Indonesia juga menekankan mengenai pentingnya komitmen Australia untuk tetap memenuhi kewajibannya terkait nonproliferasi nuklir.

Kemitraan AUKUS diumumkan secara virtual oleh Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison, Rabu (15/9/2021).

Meski menerima berbagai kritik, ada pula negara yang mendukung kesepakatan tersebut. Filipina adalah salah satu negara yang mendukung perjanjian trilateral antara AS, Inggris, dan Australia.

Mereka percaya bahwa kesepakatan itu akan bermanfaat dalam jangka panjang, karena berpotensi mengakhiri ketidakseimbangan kekuatan di wilayah tersebut.

Baca Juga: Jangan Mau Lama-lama Tersiksa Tahan Nyerinya, Ini Cara Sederhana Mengobati Cantengen di Kuku Kaki

(*)

Artikel Terkait