Sudah Tak Menjabat Sebagai Presiden AS, Donald Trump Malah Blak-Blakan Bocorkan Informasi Rahasia di Laboratorium Wuhan, 'Ada Kantong Mayat di Sekitar Laboratorium Itu'

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi, penelitian Virus Corona di Laboratorium yang terdapat di Wuhan, China.
Ilustrasi, penelitian Virus Corona di Laboratorium yang terdapat di Wuhan, China.

Intisari-online.com - Donald Trump belakangan kembali membuka sebuah pernyataan kontroversial mengenai laboratorium Wuhan.

Kali ini berbicara pada Sky News, ia mengungkap laporan rahasia intelijen tentang aktivitas Institut Virologi Wuhan.

Mantan Presiden AS tersebut, secara terbuka mengatakan Covid-19 sebagai virus China.

Dia berkata pada jurnalis Saharri Markson, bahwa Institut Virologi Wuhan adalah sumber virus.

Baca Juga: Bikin Syok Satu Dunia, Selama Ini Mati-matian Tuduh Bocor dariLaboratorium Wuhan, Mantan Orang Dalam Partai Komunis China Malah Bongkar Asal Usul Covid-19, MauDisebar di Acara Ini

"Beberapa intelijen dirahasiakan dan saya tidak bisa membicarakannya," kata mantan Presiden AS itu.

"Tapi kemungkinan besar, dan ketika saya katakan, seperti 95 persen, berasal dari laboratorium Wuhan," imbuhnya.

Percaya bahwa orang China sudah tahu tentang virus itu, Trump melanjutkan dengan mengungkapkan tuduhan yang mengkhawatirkan.

"Saya mulai mendengar cerita, bahwa ada banyak kantong mayat di luar lab," katanya.

Baca Juga: Pantesan Walau Sudah Divaksin Mssih Bisa Tertular Covid-19, Ilmuwan Bocorkan Ternyata Vaksin akan Efektif Jika Diberikan Pada Usia Ini

"Saya mendengarnya sejak lama. Dan jika mereka memang memiliki kantong mayat, itu adalah salah satu indikasi kecil bukan?" jelasnya.

Tuduhan itu muncul di tengah kekhawatiran bahwa laboratorium itu secara genetik memodifikasi virus, menggunakan teknologi untuk membuatnya 1.000 kali lebih kuat.

Lebih jauh, Trump melanjutkan dengan mengatakan, "Saya pikir itu mungkin kecelakaan, saya tidak berpikir itu disengaja. Jika ya, itu pada dasarnya perang."

Trump melanjutkan denganmembeberkan bagaimana menurutnya virus lolos dari laboratorium itu.

"Saya tidak tahu apakah mereka memiliki pikiran buruk, atau apakah itu ketidakmampuan kotor," katanya.

"Seorang ilmuwan berjalan keluar dan makan siang di luar di taman atau pergi dengan pacarnya dan dia memilikinya (virus)," katanya.

Baca Juga: Level PPKM Mulai Diturunkan, Satgas Covid-19 Gencar Sosialisasi Prokes dan Percepat Vaksinasi Kelompok Rentan

Seorang mantan penyelidik Covid-19, David Asher mengatakan orang China sedang menjalani penelitian di laboratorium, mengklaim bahwa itu "pasti terkait dengan ambisi perang biologis."

Tapi Trump, dalam keseimbangan argumen mengklaim dia akan memberi China "manfaat dari keraguan", dan menyatakan dia tidak berpikir itu adalah senjata.

"Saya benar-benar tidak berpikir itu, (senjata biologis), tetapi tidak ada yang benar-benar tahu pasti," kata Trump.

Intelijen yang dibicarakan oleh Trump dapat didukung oleh upaya menutup-nutupi China.

Basis data online yang dulunya dapat diakses yang berasal dari lab telah secara metodis diambil oleh otoritas China.

Pada September 2019, basis data virus di WIV dimatikan, dan dengan demikian, ada sekitar 22.000 sampel virus corona yang ikut serta.

Gilles Demaneuf, seorang analis data dari tim ilmuwan internasional bernama DRASTIC menjelaskan hal ini.

Baca Juga: Pantesan Covid-19 Diprediksi Susah Kelar, Terkuak Sudah Alasan Di Masa Depan Kita Harus Hidup Dengan Virus Ini, Salah Satunya Mustahil Dimusnahkan Gara-Gara Hal ini

"Penghapusan akses ke semua basis data virus WIV, sekitar 15 di antaranya, tidak dapat digambarkan sebagai apa pun selain upaya yang disengaja untuk mencegah penyelidikan," katanya.

Menutupi China, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, mengatakan bahwa transparansi China seputar virus selama wabah awal "sangat mengesankan dan melampaui kata-kata".

Trump, yang terkenal berani untuk menarik Amerika Serikat dari WHO mengungkapkan mengenai WHO dan Direktur Jenderal Dr Tedros.

Mantan Presiden mengatakan, "WHO dimiliki dan dikendalikan oleh China. Saya keluar dari Organisasi Kesehatan Dunia. Saya pikir itu konyol."

Mantan Menteri Luar Negeri, Mike Pompeo juga setuju dengan Donald Trump dalam retorikanya seputar WHO.

"Mereka gagal, mereka gagal karena tidak adanya tulang punggung," kata Pompeo, merujuk pada ketidakmampuan WHO untuk berdiri dan menuntut akses penuh ke informasi dan bukti dari China.

Dengan kematian global akibat virus Covid-19 mencapai 4,5 juta dari 219 juta kasus, virus ini tetap menjadi salah satu peristiwa paling mematikan di zaman modern.

Artikel Terkait