Tragedi Santa Cruz di Timor Leste merupakan peristiwa yang terjadi pada 12 November 1991 di sekitar Pemakaman Santa Cruz Dili.
Itu terjadi ketika rakyat Timor Leste melakukan unjuk rasa dengan berjalan ke pemakaman tersebut, tempat peristirahatan terakhir seorang pemuda Timor Leste yang meninggal dua minggu sebelumnya.
Tetapi, suasana pemakaman itu berubah mencekam dan menjadi pertumpahan darah. Aksi demo yang dilakukan rakyat Timor berujung rusuh ketika tiba-tiba datang rentetan tembakan.
Saat itu, tentara Indonesia berjaga di sudut-sudut jalan dengan senjata siaga.
Harian Kompas, 28 November 1991 memberitakan, seusai misa untuk memperingati kematian Gomes di Gereja Motael yang dihadiri sekitar 1.500 orang, sebagian jemaat meloncat pagar, menggelar spanduk anti-integrasi serta meneriakkan yel-yel yang menghina ABRI dan pemerintah.
Sementara itu, di pemakaman Santa Cruz, sekitar 2 ribu massa telah berkumpul.
Disebut, untuk mencegah bergabungnya massa yang datang dari Gereja Motael dan massa di kuburan St Cruz, dikerahkan dua peleton dari Yonif 303 dan satu peleton dari Yonif 744, serta satu peleton Brimob anti huru-hara.
Benar saja, terjadi proses penggabungan massa. Sebagian dari massa yang ada di kuburan bergerak ke luar, bergabung dengan massa yang berada di luar serta melakukan gerakan agresif dan menyerang aparat.
Dilaporkan bahwa pada saat itu terdengar letusan tembakan dari arah kuburan dan suara teriakan "serbu, rebut senjata."
Satuan pengamanan melepaskan tembakan peringatan ke atas, tetapi massa tidak memperdulikan tembakan peringatan tersebut, malahan menjadi lebih beringas.
Massa terus mendesak dengan senjata tajam di tangannya, dan melemparkan sebuah granat ke arah satuan pengamanan.
Peristiwa tersebut memakan banyak korban, berbeda-beda menurut berbagai versi. Puluhan orang tewas menurut Dewan Keamanan Militer Indonesia, sedangkan menurut Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Timor Leste sedikitnya 271 orang.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR