Disebut Diktator dan Biang Keladi Pertumpahan Darah di Timor Leste, Ramos Horta Malah Bongkar Kebaikan Presiden Soeharto pada Timor Leste, Apa Itu?

Tatik Ariyani

Penulis

Jose Ramos Horta, mantan Presiden Timor Leste
Jose Ramos Horta, mantan Presiden Timor Leste

Intisari-Online.com -Dalam sejarah Timor Leste, banyak pertumpahan darah terjadi salah satunya ketika wilayah tersebut diinvasi Indonesia tahun 1975.

Invasi Timor Leste oleh Indonesia sendiri terjadi di masa pemerintahan Presiden ke-2 RI, Soeharto, atau dikenal sebagai era orde baru.

Bagaimanapun masa-masa tersebut akan dikenang sebagai sejarah kelam oleh rakyat Timor Leste.

Terlebih, bertahun-tahun setelah invasi itu, pertumpahan darah masih terus terjadi dengan kelompok pro-kemerdekaan bertempur melawan pasukan Indonesia.

Baca Juga: Melalui Kesepakatan Rahasia Ini, Terkuak Australia Awalnya Ngotot Ingin Timor Leste Menjadi Bagian Indonesia, Bahkan Sampai Menyebutnya Tak Layak Merdeka Karena Alasan Ini

Selama 24 tahun pendudukan Timor Leste oleh Indonesia diyakini ribuanorang menjadi korban pendudukan Indonesia.

Di Timor Leste, Soeharto akan selalu dikenang sebagai tokoh yang pada tahun 1975 mengambil keputusan untuk mengerahkan tentara Indonesia melintasi perbatasan dan menduduki negara itu untuk menyatukannya dengan Indonesia dengan kemasan 'integrasi' melalui Deklarasi Balibo.

Pemerintah Soeharto pun menjalankan apa yang dibanggakan sebagai pembangunan besar-besaran di berbagai bidang di sana, namun sebagian dengan jalan kekerasan.

Sebelum akhirnya Timor Timur merdeka melalui referendum akhir tahun 1999 dan menjadi Timor Leste.

Baca Juga: Sok Koar-koar Menentang Invasi Indonesia di Timor Leste, Inilah Sosok Politisi Australia 'Bermuka Dua' yang Sempat Hasut Indonesia untuk Caplok Timor Leste

Meski demikian, ada juga orang-orang bahkan tokoh-tokoh penting dari Timor Leste yang melihat sisi baik Soeharto.

Salah satunya mantan Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta.

Meski menyebut Soeharto sebagai seorang diktator, namun menurutnya Soeharto merupakan jenis yang berbeda.

Mengutip BBC Indonesia, Ramos Horta mengatakan, "Soeharto bukan tipikal diktator lama zaman dulu seperti Salazar di Portugal atau diktator negara-negara Amerika Latin."

Menurutnya, Soeharto adalah diktator yang sukses mengantarkan Indonesia menjadi negara dengan perekonomian yang menjanjikan.

"Soeharto lebih mirip diktator di Korea Selatan," katanya kepada Ging Ginanjar dari BBC Indonesia dalam perbincangan di rumahnya di Dili.

Horta menambahkan, meski banyak jatuh korban semasa pemerintahannya, tapi Soeharto harus dilihat secara seimbang.

Baca Juga: Penampilannya Tak Mencerminkan Sosok Tentara Indonesia, Kopassus Berkaos Oblong Ini Malah Sukses Bikin Milisi Timor Leste Gelagapan, Ternyata Lakukan Tugas Tak Sembarangan

Salah satu yang dicatat Ramos Horta adalah, pemerintahan Soeharto mengirim begitu banyak mahasiswa untuk menimba ilmu di luar negeri.

"Diktator tidak akan mengirim para mahasiswanya ke luar negeri," katanya.

Menurut Ramos Horta, selain gerakan demokrasi warga sipil Indonesia yang kuat yang berpuncak pada Mei 1998, berbagai faktor seperti korupsi dan kesalahan pengelolaan ekonomi seiring dengan legitimasinya yang menurun, berkombinasi menjadi faktor kejatuhan Soeharto.

Ramos Horta mengatakan, "Andai saja dia bersedia mempersingkat kekuasaannya dengan mundur lebih awal, dia bisa menjadi Bapak Modernisasi Indonesia."

"Tapi, diktator ya memang selalu seperti itu," tambahnya.

Artikel Terkait