"Kami selalu waspada, kami harus bekerja keras dan bantuan publik selalu kami butuhkan," ujar Comm Hazani, yang sebelumnya menjadi pemimpin komando Esscom sebelum menjadi Komisioner Polisi Sabah tahun lalu.
Saat ini berbagai kelompok ekstrimis termasuk Abu Sayyaf dan lebih baru lagi Jemaah Ansharut Daulah telah diketahui bersembunyi di Sabah untuk menghindari pasukan keamanan Indonesia dan Filipina.
Hubungan dengan serangan teroris
Ada kaitan antara para teroris yang bersembunyi di Sabah dengan serangan teroris yang baru terjadi di Filipina dan Indonesia.
Serangan teroris paling baru di Indonesia, pengeboman gereja di Makassar 2021, beserta pengeboman katedral Jolo, Filipina, tahun 2019 adalah bagian dari gerakan para teroris yang bersembunyi di Sabah ini.
Dalang pengeboman yang membunuh 23 dan mencederai lebih dari 100 orang di selatan Filipina, dan melukai 20 orang di Indonesia terhubung dengan keluarga Indonesia yang hidup di Sabah selama 2 bulan.
Bangkitnya ekstrimisme keluarga yang menjadi ikatan personal yang menghubungkan para militan di seluruh daerah, bertanggung jawab pada serangan bom bunuh diri yang terpaut 2 tahun di Filipina dan Indonesia itu.
"Serangan baik di Indonesia dan Filipina dapat dikategorikan sebagai aksi yang difasilitasi oleh ikatan keluarga yang kuat dan diorganisir oleh dua kelompok menebuh perbatasan, yaitu JAD (Jemaah Ansharut Daulah) di Indonesia dan Abu Sayyaf di Filipina," ujar Stanislaus Riyanta, pakar keamanan dan terorisme di Jakarta.
KOMENTAR