Intisari-online.com -Para menteri dari ASEAN Rabu kemarin meminta lebih banyak bantuan berupa investasi dari China.
Hal ini menurut mereka penting untuk mendukung pemulihan ekonomi sementara pandemi Covid-19 terus menekan pertumbuhan ekonomi regional.
Permintaan tanpa malu ini disampaikan ketika rapat online Pertemuan Belt and Road, pertemuan antara ASEAN dan China.
Para menteri-menteri ASEAN mengatakan ASEAN telah diuntungkan dari infrastruktur dan konektivitas digital yang dibawa BRI.
Namun inisiatif baru masih diperlukan untuk menciptakan kesempatan di tengah ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.
"Saya berpandangan bahwa masih banyak aspek berwujud yang dapat diturunkan dari kemitraan banyak negara dan kerjasama di bawah BRI," ujar Sansern Samalap, wakil menteri perdagangan Thailand dilansir dari Nikkei Asia.
Sansern memberikan contoh proyek jalur kereta api cepat China-Thailand senilai USD 5.75 miliar yang mempromosikan investasi di SubDAS (Daerah Aliran Sungai) Mekong Besar.
Di dalam daerah tersebut termasuk Kamboja dan Laos sebagai bagian koridor ekonomi China-Indochina.
Baca Juga: Tak Berguna, Proyek Super Mahal Timor Leste Ini Justru Bikin Negara Masuk Jebakan Utang China
Tercatat, akhirnya akhir Oktober tahun lalu setelah sejumlah penundaan atas syarat dan ketentuan tertentu, jalur 253 km akan menghubungkan Bangkok ke Nakhon Ratchasima, pintu gerbang ke timur laut Thailand.
Fase pertama konstruksi sudah dimulai, dan diperkirakan selesai pada akhir 2026.
Jalur itu akan membentang 873 km yang sampai ke Vientiane, ibukota Laos, dan dari sana akan lanjut ke utara menuju Kunming, Provinsi Yunnan, China.
"Investor dapat mengambil kesempatan bisnis ini dan menggunakan Thailand sebagai gerbang masuk ke wilayah ini dan ke ASEAN," ujar Sansern.
Pejabat top China yang berpartisipasi dalam pertemuan tersebut termasuk Gao Yunlong, wakil kepala komite nasional Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China, dan Menteri Perdagangan Wang Wentao.
BRI dimulai oleh Presiden Xi Jinping tahun 2013.
Tahun 2020, China telah menandatangani kesepakatan kerjasama BRI dengan hampir 140 negara untuk mempromosikan hubungan antara Asia, Eropa dan Afrika, terutama lewat proyek-proyek infrastruktur.
Tan See Leng, menteri tenaga kerja Singapura, mengatakan dalam kesempatannya di pertemuan itu bahwa mempercepat pengembangan ASEAN telah menjadi lebih penting jika negara-negara ingin mengatasi perlambatan ekonomi yang terjadi.
"Dalam waktu seperti ini, BRI memainkan peran lebih penting yaitu menguatkan kerjasama wilayah dan kerjasama gabungan dengan mempromosikan konektivitas dalam hal infrastruktur, keuangan dan perdagangan," ujar Tan.
Asian Development Bank baru-baru ini menurunkan ramalan pertumbuhan Asia dari 7.3% menjadi 7.2% April lalu.
Mereka menggunakan penyebaran Covid-19 dengan tingkat vaksinasi yang rendah di negara-negara Asia sebagai penyebab utama.
Tan mengatakan Singapura akan bermitra dengan China pada beberapa investasi di proyek-proyek BRI.
Perusahaan dari dua negara sedang berkolaborasi dalam berbagai sektor, termasuk logistik, pedagangan digital, infrastruktur, keuangan dan jasa hukum.
Jerry Sambuaga, wakil menteri perdagangan Indonesia, mengatakan proyek BRI telah mendorong konektivitas dan menciptakan lapangan kerja.
"Kita harus mempertahankan kemitraan yang sama-sama menguntungkan di tengah tantangan global yang tidak pasti ini," ujar Sambuaga.
Ia meminta lebih banyak kolaborasi dalam proyek turisme Indonesia yang menguntungkan komunitas lokal, dan untuk BRI agar melengkapi kesepakatan Kerjasama Komprehensif Ekonomi Regional (RCEP).
RCEP adalah perjanjian perdagangan bebas dari banyak negara yang ditandatangani tahun 2020 oleh negara ASEAN bersama Australia, China, Jepang, Selandia Baru dan Korea Selatan.
Kerjasama ini efektif dipakai pada 1 Januari 2022.
Beberapa analis mengharapkan penundaan, karena belum semua pemerintahan telah meratifikasi kesepakatan ini dalam badan legislatif mereka.
Sedangkan Tan mengatakan Singapura saat ini mengharapkan penerapan RCEP sesuai jadwal.
"Kami menunggu penerapan RCEP sesuai jadwal untuk menyadari manfaat bisnis dan bagi orang-orang sementara berkontribusi besar bagi pemulihan ekonomi Asia dan menguatkan kepercayaan untuk prospek ekonomi jangka panjang di Asia," ujarnya.