Penulis
Intisari-Online.com - Para pemimpin China dan 14 negara lainnya di kawasan Asia-Pasifik telah menandatangani salah satu kesepakatan perdagangan bebas terbesar dalam sejarah.
Kesepakatan itu lantas mencakup 2,2 miliar orang dan 30% dari hasil ekonomi dunia.
Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) ditandatangani melalui tautan video padaNovember 2020 setelah delapan tahun negosiasi.
Australia, Jepang, Selandia Baru dan Korea Selatan menandatangani kesepakatan tersebut.
Keempatnya melakukannya bersama dengan anggota 10 negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand.
Kesepakatan itu menetapkan syarat perdagangan barang dan jasa, investasi lintas batas, dan aturan baru untuk bidang yang semakin penting seperti perdagangan elektronik dan kekayaan intelektual.
Alasan pertama, karenadalam beberapa tahun ke depan, perdaganganbarang jadi antara negara-negara Asia akan sangat mencolok, kata para analis.
Alasan lain,kesepakatan perdagangan itu sendri akan menjadi bagian penting dari rencana mereka untuk pulih dari pandemi, yang telah membuat masalah ekonomi dinegara mereka.
Selanjutnya, China dan 14 negara itu mendukungpemulihan ekonomi, pembangunan inklusif, penciptaan lapangan kerja dan memperkuat rantai pasokan regional.
Karena hampir 14 negara yang ikut serta, makaPDB gabungan para penandatanganmencapai 26,2 triliun Dolar AS pada 2019, atau sekitar 30% dari PDB global.
Kesepakatan itu juga akan mencakup hampir 28% perdagangan global.
Angka tersebut akan bertambah 1,4 miliar orang jika saja India tidak menarik diri darinegosiasi tahun lalu.
Walau begitu, China dan 14 negara lainnya siap membuka pintu bagi India jika mereka mau bergabung di kemudian hari.
Aksi China itu mendapat respon dari Sekutu di Barat.
Menurut Uni Eropa (UE), Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Meksiko, kesepakatan itu akan semakin memperluas pengaruh China.
Walau begitu, kesepakatan itu juga akan menjadi awal perdagangan baru bagi negara lain.
"Ini adalahkemenangan multilateralisme dan perdagangan bebas," kata Perdana Menteri China, Li Keqiang seperti dilansir daritheguardian.com Pada Kamis (15.4/2021).
Sementara Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mengatakan kesepakatan itu akan membuka pintu baru bagi petani, bisnis, dan investor Australia.
Arus perdagangan dan investasi di Asia telah berkembang pesat selama dekade terakhir.
Ini adalah sebuah tren yang telah meningkat di tengah perseteruan antara AS dan China, di mana kedua negara adidaya tersebut telah memberlakukan tarif hukuman miliaran dolar atas ekspor masing-masing.