Intisari-online.com - Serangan yang dilakukan ISIS-K telah membuat sudut pandang Amerika dan Taliban mulai menyatu.
Kedua belah pihak yang semula merupakan musuh selama 20 tahun ini mendadak memiliki peluang untuk bekerja sama.
Apalagi, Taliban dan AS sama-sama melawan musuh yang sama yaitu ISIS-K.
Bahkan dalam laporan New York Times, Amerika sudah melakukn pertemuan rahasia dengan Taliban untuk membahas masalah ini.
Menurut The New York Times, pejabat diplomatik, intelijen, dan militer AS sedang melakukan diskusi kooperatif dengan Taliban.
Karena kelompok itu berfungsi sebagai garis pertahanan pertama AS di bandara Kabul, yang bertanggung jawab untuk memeriksa dokumen dan senjata penumpang.
Pada umumnya ini merupakan "hubungan medan perang" yang tak terhindarkan karena AS awalnya ingin bekerja dengan tentara pemerintah Afghanistan.
Tetapi kekuatan ini runtuh begitu cepat sehingga AS harus berubah pikiran.
Setelah pemboman 26 Agustus, kepala Komando Pusat AS, Jenderal Kenneth F. McKenzie, mengatakan militer AS telah meminta Taliban untuk menyesuaikan pagar keamanan dan menutup beberapa rute tertentu yang tidak diizinkan.
"Kami melakukan segala yang kami bisa untuk mempersiapkan kemungkinan serangan. Itu termasuk menjangkau Taliban," katanya.
"Kami akan terus berkoordinasi dengan mereka selama pasukan ini melanjutkan pekerjaannya saat ini," Jenderal McKenzie menegaskan.
Di sisi lain, juga pada 26 Agustus, pasukan AS merobohkan pangkalan Eagle di pinggiran Kabul - yang pernah digunakan oleh intelijen AS sebagai tempat pelatihan pasukan kontra-terorisme Afghanistan.
Tujuannya untuk mencegah kemungkinan pangkalan militer jatuh ke tangan Taliban. Ini adalah contoh utama dari hubungan rumit antara AS dan Taliban.
Secara keseluruhan, The New York Times mengatakan bahwa para pejabat AS masih dapat yakin bahwa mereka dapat mengandalkan Taliban untuk mencegah serangan dari organisasi teroris seperti ISIS-K.
Kelompok ini dan Taliban juga berkali-kali saling berhadapan di Afghanistan.
Namun, pembebasan massal tahanan Taliban sebelum pengeboman bandara Kabul masih merupakan tanda yang jelas.
Bahwa kelompok itu akan bertindak dengan cara yang tidak dapat diandalkan, yang mengarah pada perkembangan yang dapat membahayakan Amerika Serikat.
Skenario yang paling mungkin adalah bahwa setelah evakuasi selesai, sebagian besar komunikasi reguler dengan Taliban dapat dilakukan oleh Badan Intelijen Pusat AS (CIA).
Kunjungan ke Kabul pada 23 Agustus oleh Direktur CIA William J. Burns bisa menjadi awal dari sesi kerja bersama antara kedua belah pihak di tahun-tahun mendatang.
Namun, sejauh mana CIA bernegosiasi dan bekerja sama dengan Taliban kemungkinan akan bergantung pada perilaku kelompok tersebut.
Jika Taliban mengizinkan AS melancarkan serangan terhadap target ISIS-K dan al-Qaeda dan memberikan informasi tentang teroris di Afghanistan, pemerintah AS kemungkinan masih akan bekerja sama dengan pemerintah AS.