Intisari-Online.com - Ketika belum genap 2 minggu Taliban menguasai Kabul Ibu Kota Afghanistan, negara ini diguncang serangan bom yang menewaskan sekitar 90 warga sipil dan 13 tentara Amerika Serikat.
Sejumlah serangan bom terjadi pada Kamis (26/8/2021), salah satunya terjadi di Abbey Gate Bandara Internasional Hamid Karzai tempat pasukan Inggris ditempatkan baru-baru ini.
Salah satu ledakan bom itu diduga kuat berasal dari serangan bom bunuh diri.
Belakangan, pemerintah AS mengonfirmasi bahwa serangan itu dilancarkan oleh Islamic State Khorasan Province (ISKP) atau ISIS-K, kelompok terafiliasi ISIS yang berada di Afghanistan.
Kantor Luar Negeri Inggris dalam pernyataannya, menulis, "Ada ancaman serangan teroris yang berkelanjutan dan tinggi.
Hal serupa disampaikan Jenderal Korps Marinir Frank McKenzie, kepala Komando Pusat militer AS dalam jumpa pers, bahwa serangan itu menunjukkan ancaman dari ISIS masih ada.
"Kami percaya itu adalah keinginan mereka untuk melanjutkan serangan ini dan kami memperkirakan bahwa serangan itu berlanjut, dan kami melakukan segala yang kami bisa untuk bersiap," kata McKenzie, dikutip Kompas.com (27/8/2021).
McKenzie menambahkan bahwa potensi serangan berikutnya dapat berasal dari roket yang ditembakkan ke bandara atau bom mobil yang menerjang kerumunan.
Dengan ancaman serangan oleh ISIS, Afghanistan kembali berada dalam bahaya besar.
Tapi rupanya, momen ini telah dinantikan oleh ISIS, yang terungkap melalui pengakuan seorang Komandan ISIS-K.
Sosok tersebut enggan disebutkan namanya, tetapi mengatakan bahwa pihaknya sudah menunggu waktu yang tepat untuk melakukan serangan dua hari sebelum serangan bom yang terjadi di bandara Kabul Kamis lalu.
"Saat orang asing dan orang-orang di dunia meninggalkan Afghanistan, kami dapat memulai kembali operasi kami," katanya.
Ia juga menyampaikan bahwa ISIS-K akan merekrut anggota dan menunggu orang-orang asing meninggalkan Afghanistan.
Selain itu, dirinya mengklaim telah memimpin kelompok tersebut hingga mencapai 600 orang, termasuk di antaranya berasal dari India dan Pakistan.
Dikutip dari laman Sputnik News, Minggu (29/8/2021), milisi anonim itu juga mengklaim bahwa ia pernah bekerja dengan Taliban, namun membelot terhadap kelompok itu.
Karena menurutnya, Taliban telah memoderasi pendirian kelompok tersebut terhadap pengaruh Barat. Dengan kata lain, kini Taliban 'lebih lunak' dalam menghadapi AS dan sekutunya.
Menurutnya, Taliban sudah tidak sejalan dengan mereka, membuat mereka memilih bergabung dengan ISIS.
"Kami beroperasi di jajaran Taliban, namun orang-orang ini tidak sejalan dengan kami dalam hal kepercayaan, jadi kami pergi bergabung dengan ISIS.
"Jika ada yang setuju dengan kami dalam hal ini, ia adalah saudara kami, tapi jika tidak, kami menyatakan perang dengan mereka, apakah mereka Taliban ataupun kelompok lain," katanya.
Sumber tersebut mengkonfirmasi bahwa anggota ISIS-K telah melakukan serangan bunuh diri dan eksekusi.
Ia juga mengklaim kelompok tersebut telah menghadapi pasukan AS dalam banyak kesempatan, termasuk dalam pertempuran jarak dekat.
Saat ditanya apakah kelompoknya tertarik untuk 'pada akhirnya melakukan serangan internasional', Pemimpin ISIS-K ini mengaku ia hanya bisa memberikan komentar terkait operasi di Afghanistan.
Wawancara dengan Pemimpin ISIS-K itu disiarkan dua hari oleh CNN setelah ledakan mematikan menghantam bandara di Kabul.
Terkait serangan bom tersebut, Presiden AS Joe Biden pun mengutuknya dan bersumpah akan memburu pelakunya.
(*)